Ribuan Polisi Masih Berjaga, Akses Menuju Desa Wadas Sulit
Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Aparat kepolisian berjaga di akses masuk menuju Desa Wadas, Purworejo, Jawa Tengah, Rabu (9/2/2022). Diketahui, pada Selasa (8//2/2022) kemaren 63 orang khususnya 56 warga Wadas ditangkap kepolisian. Para warga yang ditangkap adalah mereka yang bersikeras menolak lahannya dibebaskan untuk penambangan batu adesit. Luas tanah yang akan dibebaskan mencapai 124 hektar.Batu andesit yang ditambang dari Desa Wadas ini sedianya akan digunakan sebagai material untuk pembangunan Waduk Bener yang lokasinya masih berada di Kabupaten Purworejo. | Foto: Wihdan Hidayat / Republika
REPUBLIKA.CO.ID, PURWOREJO -- Akses menuju Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, sangat sulit. Bukan karena jalan turun naik perbukitan, tapi karena sudah banyaknya truk kompi kepolisian yang diparkir di pinggir jalan-jalan desa.
Bahkan, mereka sudah terlihat melintasi desa-desa di sekitar Desa Wadas, salah satunya Desa Pecakangan. Dari sana, mobil-mobil polisi kerap terlihat terparkir di pinggir jalan, persimpangan, atau di rumah-rumah warga menuju Desa Wadas yang berkumpul.
Saat melintasi penanda Desa Wadas, tampak pula mobil polisi yang membawa anjing pelacak atau K9 sedang beristirahat. Memasuki simpang tiga Masjid Al Hidayah, ribuan polisi tampak sudah bersiaga. Terlihat pula mobil-mobil TNI dan Satpol PP.
Sebagian besar polisi berkumpul di pelataran Masjid Al Hidayah. Bahkan, sudah ada pula tiga toilet portabel berdiri di satu jalan satu-satunya yang menuju Masjid Krajan, tempat puluhan warga Desa Wadas ditangkap pada Senin (7/2).
Sayangnya, jalan tersebut tampak tidak bisa dilewati warga umum. Ketika mobil Republika akan masuk ke jalan itu, seorang polisi meminta mobil berganti arah ke kanan atau arah luar Wadas. "Kamu ini mau ke mana, nanti papasan sama yang mau turun repot," kata polisi itu, Rabu (9/2) pagi.
Setelah memarkir mobil tidak jauh dari Masjid Al Hidayah, beberapa warga mengaku kesulitan mengakses listrik maupun sinyal internet. Walau tampak satu unit mobil PLN yang melintas, sampai Selasa listrik maupun sinyal masih susah didapatkan.
Perlu diketahui, Desa Wadas sendiri bukan desa terbelakang. Walau lokasi tengah bukit, sebagian besar masyarakatnya tampak berkecukupan. Biasanya, bapak-bapak bertani atau berkebun, sedangkan ibu-ibu mendapat tambahan dari membuat besek.
Besek sendiri dibeli pedagang-pedagang yang datang setiap hari Senin, sehingga mereka tidak perlu repot mencari pembeli karena sudah datang langsung ke sana. Bahkan, sudah sangat banyak rumah-rumah warga yang memiliki parabola sendiri.
Maka itu, akses sulit menuju Desa Wadas tidak cuma karena banyak truk-truk kompi polisi dan rombongan motor orang tidak dikenal yang kerap melintas. Tapi, akses listrik maupun akses sinyal internet kini sulit karena kerap hidup sebentar, lalu mati kembali.
Dengan kondisi itu, masyarakat tampak ragu-ragu untuk berinteraksi dengan orang yang datang dari luar Desa Wadas. Meski begitu, beberapa ibu rumah tangga tetap menjalankan keseharian memotong bambu apus sebagai bahan besek di depan rumah. "Ya mau bagaimana lagi," sahut ibu-ibu di salah satu teras rumah.