REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menguturkan, Vaksin Merah Putih yang dikembangkan Universitas Airlangga (Unair) dan PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia akan digunakan sebagai vaksin booster dan anak usia 3-6 tahun. Saat ini, pemerintah tengah melakukan percepatan program vaksinasi, termasuk bagi anak-anak.
"Untuk sementara kita lihat, potensi vaksin Merah Putih untuk vaksin booster dan anak khususnya di atas 3-6 tahun. Di dunia tidak banyak vaksin (untuk anak 3-6 tahun) setahu saya baru Sinovac dan Pfizer. Untuk Pfizer juga sedang uji klinis," ujarnya saat menghadiri Kick Off uji klinis Vaksin Merah Putih secara virtual, Rabu (9/2/2022).
Budi melanjutkan, vaksin Merah Putih juga direncanakan dapat digunakan untuk vaksin donasi internasional. Salah satu negara tujuannya yakni Afrika. Menkes menyebut, Afrika dirasanya perlu mendapat perhatian lantaran penetrasi distribusi vaksin di Afrika agak lambat.
Budi mengaku, Presiden Jokowi telah setuju menggunakan vaksin Merah Putih sebagai donasi Indonesia untuk negara-negara di luar negeri. "Jadi tak hanya dipakai secara lokal (di Indonesia) saja tapi juga internasional juga," ujarnya.
Meski begitu, kata dia, yang dibutuhkan saat ini adalah proses registrasi di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk uji klinis dan booster. Selanjutnya, registrasi tersebut juga dibutuhkan untuk bisa digunakan sebagai donasi ke negara Afrika.
"Kita harus pastikan kelas vaksin kita di level internasional, tapi juga melakukan publikasi riset internasional sebanyak mungkin tentang vaksin sehingga bisa di lihat peneliti dunia," kata dia.
Koordinator Produk Riset Covid-19 Universitas Airlangga Surabaya Prof Ni Nyoman Tri Puspaningsih optimistis vaksin Merah Putih dapat menangkal virus corona varian omicron. "Kami sangat optimistis vaksin Merah Putih dapat menangkal omicron. Karena dari hasil pre klinis yang telah dilakukan tim peneliti Unair terhadap hewan makaka, tingkat efikasi vaksin menunjukkan hasil bagus yakni, 98 persen," ujarnya.
Vaksin Merah Putih telah diuji hingga ke varian delta, varian yang disebut mempunyai tingkat penyebaran paling parah dibanding varian lain. Ia mengungkapkan saat kasus Covid-19 varian delta, efikasi yang terdapat pada vaksin jenis lain sempat menurun 10 persen hingga 15 persen, namun masih di angka 65 persen sampai 75 persen.
"Kalau analoginya jika (vaksin) lain turun (efikasinya) di delta tapi masih (dinilai bagus) efikasinya. Apalagi kami sudah uji tantang di varian delta," ucapnya.
Dia optimistis jika delta bisa diatasi dengan vaksin ini, Insya Allah varian omicron bisa. "Karena ini (Omicron)menular cepat, tapi keparahannya tidak separah delta," katanya.