Rabu 09 Feb 2022 19:09 WIB

Pakistan Ingin Cairkan Hubungan AS-China

AS dan China terlibat perselisihan di sejumlah isu, seperti Laut China Selatan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Perdana Menteri Pakistan Imran Khan mengutarakan keinginannya untuk mencairkan hubungan antara China dan Amerika Serikat (AS).
Foto: AP/Rahmat Gul
Perdana Menteri Pakistan Imran Khan mengutarakan keinginannya untuk mencairkan hubungan antara China dan Amerika Serikat (AS).

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Perdana Menteri Pakistan Imran Khan mengutarakan keinginannya untuk mencairkan hubungan antara China dan Amerika Serikat (AS). Dia tak ingin era Perang Dingin terulang lagi.

“Dunia tidak boleh melalui situasi di mana ia terbagi menjadi dua kubu, (itu) tidak menguntungkan siapa pun. Bahkan, semua orang menderita,” kata Khan saat diwawancara China Global Television Network (CGTN), dikutip laman Dawn, Rabu (9/2/2022).

Baca Juga

Terkait mencairkan hubungan China dan AS, Khan ingin Pakistan kembali memainkan peran yang telah dilakoninya pada dekade 1970-an. “Kunjungan terkenal Dr Henry Kissinger diselenggarakan oleh Pakistan,” ucapnya merujuk pada kunjungan mantan menteri luar negeri AS dari Islamabad ke Beijing pada 1971.

Dia mencatat, Pakistan memiliki hubungan yang baik dengan AS dan China. “Jadi kami berharap memainkan peran (mencairkan hubungan kedua negara) itu,” kata Khan.

Khan sangat berharap dunia tidak akan melihat lagi era seperti Perang Dingin, di mana Pakistan harus turut memilih pihak. Ia menegaskan, 220 juta rakyat negaranya merupakan prioritasnya. "Satu-satunya cara saya akan mengeluarkan rakyat saya dari kemiskinan adalah jika kita memiliki kesejahteraan ekonomi, yang datang dengan stabilitas dan perdamaian. Jika Anda memiliki konflik, hal pertama yang terpengaruh adalah ekonomi Anda dan itu adalah hal terakhir yang kami inginkan,” ucapnya.

AS dan China memang terlibat perselisihan di sejumlah isu. Dua di antaranya yang mencolok adalah perihal Taiwan dan Laut China Selatan (LCS). China diketahui mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya. Klaim itu telah ditolak Taipei. Dalam isu tersebut, AS memberikan dukungan kepada Taiwan. Baru-baru ini, AS menyetujui penjualan peralatan senilai 100 juta dolar ke Taiwan. Penjualan itu bertujuan mempertahankan, memelihara, dan meningkatkan sistem rudal Patriot di sana.

China mengecam keras langkah AS tersebut. “China dengan keras memprotes dan mengecam aksi ini (penjualan senjata ke Taiwan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian dalam pengarahan pers, Selasa. 

AS pun menentang klaim China atas LCS. Beijing diketahui mengklaim hampir seluruh wilayah perairan strategis tersebut sebagai bagian dari teritorialnya. Washington rutin menggelar operasi kebebasan navigasi di LCS. Beijing memandangnya sebagai aksi provokatif. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement