Rabu 09 Feb 2022 23:43 WIB

 BOR di Cirebon Kini 15 Persen, Pasien Gejala Ringan Diminta Isoman

Sekda Cirebon menyebut BOR di Cirebon masih di bawah Jabar yang capai 34 persen

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pemerintah tambah tempat tidur bagi pasien covid, Ilustrasi. Tingkat keterisian tempat tidur bagi pasien Covid-19 di rumah sakit atau bed occupancy rate (BOR) di Kota Cirebon, dinilai masih aman. Untuk menghindari tingginya BOR, maka pasien bergejala ringan dan orang tanpa gejala (OTG) diminta untuk menjalani isolasi mandiri (isoman) di rumah masing-masing.
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Pemerintah tambah tempat tidur bagi pasien covid, Ilustrasi. Tingkat keterisian tempat tidur bagi pasien Covid-19 di rumah sakit atau bed occupancy rate (BOR) di Kota Cirebon, dinilai masih aman. Untuk menghindari tingginya BOR, maka pasien bergejala ringan dan orang tanpa gejala (OTG) diminta untuk menjalani isolasi mandiri (isoman) di rumah masing-masing.

REPUBLIKA.CO.ID,CIREBON -- Tingkat keterisian tempat tidur bagi pasien Covid-19 di rumah sakit atau bed occupancy rate (BOR) di Kota Cirebon, dinilai masih aman. Untuk menghindari tingginya BOR, maka pasien bergejala ringan dan orang tanpa gejala (OTG) diminta untuk menjalani isolasi mandiri (isoman) di rumah masing-masing.

"BOR di RS masih aman, laporan ada 15 persen. Kita masih dibawah Jawa Barat (yang mencapai) 34 persen. Makanya kita dorong yang bergejala ringan dan OTG lebih baik isolasi mandiri," kata Sekda Kota Cirebon, Agus Mulyadi, usai melakukan rakor dengan Forkopimda dan satgas tingkat kecamatan, Rabu (9/2).

Agus menyatakan, filter dilakukan untuk pasien Covid-19 yang menjalani rawat inap. Yakni, hanya untuk  yang bergejala sedang, berat dan kritis. Pihaknya pun sedang mempersiapkan kemungkinan dibukanya kembali isolasi terpusat.

"Kami juga berupaya untuk memenuhi kebutuhan dasar warga yang melakukan isoman," tutur Agus. Terutama, menurut Agus warga yang berpenghasilan rendah.

Agus mengungkapkan, Dinas Kesehatan Kota Cirebon juga sudah menyiapkan tracing, testing dan treatment (3T). Dia menyebutkan, pemenuhan kebutuhan obat dan vitamin pun sudah disiapkan untuk enam bulan kedepan.

Agus menambahkan, satgas di tingkat kecamatan juga diaktifkan kembali untuk pelaksanaan PPKM mikro. Mereka akan melakukan sosialisasi dan edukasi hingga tingkat RW.

"Optimalisasi aplikasi jaga warga juga kita lakukan," tutur Agus.

Melalui aplikasi jaga warga, akan terpetakan kondisi sebenarnya yang ada di lingkungan warga. Bahkan penggunaan aplikasi jaga warga juga akan diperluas hingga ke satuan pendidikan sehingga penyebaran Covid-19 dapat terus dipantau.

Mengenai manajemen data, khususnya terkait perkembangan penyebaran jenis dan penanganan Covid-19, menurut Agus, juga akan ditingkatkan oleh Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik (DKIS) Kota Cirebon. Manajemen data itu penting karena menjadi dasar untuk pengambilan keputusan satgas Covid-19.

"Optimalisasi aplikasi Peduli Lindungi juga akan dilakukan di semua sektor," tukas Agus.

Untuk itu, Pemda Kota Cirebon berharap pelaku ekonomi, sosial dan budaya bisa menerapkan aplikasi Peduli Lindungi di tempat masing-masing sebagai bagian dari tracing dan treatment.  Screening dan filter terhadap rekomendasi satgas untuk kegiatan ekonomi, sosial dan budaya juga akan dilakukan.

"Saat ini kita masih berada di level 3, jangan sampai masuk ke level 4," tandas Agus. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement