Hidup sebagai minoritas di sebuah negara dengan mayoritas pemeluk agama lain tidaklah mudah. Di Ukraina, umat Muslim dihadapkan pada sejumlah tantangan dalam kebutuhan yang berkaitan dengan agama.
Masjid adalah tempat ibadah yang umumnya mudah ditemui di negara-negara Muslim seperti halnya Indonesia. Namun, lain halnya dengan Muslim di Ukraina, mereka kekurangan tempat ibadah untuk bisa dengan nyaman dan mudah menjalankan ibadahnya.
Seorang mufti Ukraina dari Administrasi Keagamaan Muslim, Said Ismagilov, mengatakan dalam sebuah wawancara ekslusif dengan kantor berita Turki Anadolu Agency, Muslim di Ukraina sangat kesulitan mendapatkan tanah untuk membangun masjid. Ia mengatakan, kurangnya tempat ibadah tersebut terutama tampak di luar kota-kota besar. Bukan hanya terkait masjid, umat Muslim di sana juga kesulitan untuk mendapatkan makanan halal.
"Muslim di kota-kota kecil dengan komunitas yang lebih kecil menghadapi lebih banyak masalah karena mereka bahkan tidak memiliki tempat ibadah atau akses ke makanan halal," kata Ismagilov, dilansir di Anadolu Agency.
Selain itu, ulama Muslim tersebut mengatakan tidak ada cukup pemakaman bagi Muslim di Ukraina. Di samping itu, wanita Muslim di sana juga harus melepas jilbab saat hendak diambil foto untuk paspor mereka.
Atas dasar inilah, Ismagilov menyerukan organisasi Muslim internasional untuk memberikan dukungan dalam pembangunan masjid dan pusat-pusat Islam di negara itu. Ia mengatakan, dukungan tersebut akan menjadi hal yang penting bagi masa depan Islam di Ukraina.
Hampir 1 juta Muslim hidup di Ukraina. Mayoritas Muslim tinggal di Krimea dan di kota-kota besar seperti Kiev.
"Selama era Uni Soviet, agama-agama termasuk Islam dilarang di Ukraina. Jadi, ketika Ukraina merdeka, umat Muslim memulai dari awal untuk belajar tentang agama mereka," katanya.
Kendati begitu, sang mufti mengakui umat Muslim di Ukraina tidak dihadapkan dengan masalah kehidupan sehari-hari mereka. Ismagilov lantas mengatakan, Pusat Islam di Kiev tempat ia bekerja terbuka bagi siapa pun. Banyak kebutuhan umat Islam yang bisa didapatkan di sana, seperti pernikahan, restoran halal, program-program Ramadhan, pendidikan Islam untuk anak-anak dan dewasa, serta fasilitas lainnya.
"Selama Ramadhan, kami menampung sekitar 800-1.000 orang di Islamic Center untuk berbuka puasa dan shalat Tarawih," ujarnya.
Ia menuturkan, fasilitas yang ada di Pusat Islam tersebut juga mengadakan berbagai seminar, kuliah terbuka, dan festival yang menunjukkan budaya dan tradisi Muslim. Menurut dia, acara tersebut tidak hanya terbuka bagi umat Islam, tetapi juga bagi semua orang dari berbagai agama yang berbeda.
Ismagilov kerap mengadakan ceramah di universitas dan seminar Kristen untuk menyampaikan pengajaran tentang Islam. Di samping, hal tersebut untuk membina hubungan baik antara Muslim dan agama lain.
****
Dan, tak hanya kaum Muslimnya, bangsa Indonesia harus memperhatikan dan membantu kesulitan Ukraina yang hari-hari ini dicekam ancaman perang. Apalagi seperti ditulis jurnalis senior, Teguh Setiawan, jasa Ukraina sangat besar ketika dahulu Indonesia hendak mencari pengakuan keadulatan dalam forum sidang PBB di masa awal kemerdekaan.
Terkait hal itu pun sebenarnya Ukraina sudah secara halus menagih janji agar Indonesia pada hari ini semakin memperhatikan nasib Ukraina ketika negara itu menerbitkan perangko yang bergambar Panglima Besar TNI Jendral Sudirman. Melalui perangki ini tersirat pesan agar negara ini jangan melupakan jasa seorang diplomat bernama Dmitriy Manuilsky.
Apa jasa Manuilsky bagi Indonesia? Jawabnya,pada 21 Januari 1946, ketua utusan Republik Soviet Sosialis Ukraina di PBB Dmitry Manuilsky inilah yang mengajukan masalah Indonesia ke Dewan Keamanan PBB. Dalam suratnya, Manuilsky menulis keadaan di Indonesia membahayakan perdamaian dan keamanan dunia.
Empat hari setelah Manuilsky menulis surat itu, Sidang Umum PBB digelar. Manuilsky mengangkat masalah Indonesia dalam pidatonya, dan mendapat dukungan dari utusan AS Edward Stettinus dan utusan Mesir Hamid Badawy Pasha.
Pada Sidang DK PBB selama enam hari; 7, 9-13 Februari 1946, pembahasan masalah Indonesia berlangsung alot. Belanda mengerahkan semua diplomatnya untuk melobi banyak negara agar tidak mendukung gagasan Manuilsky.
Manuilsky tetap pada pendapatnya bahwa Indonesia dalam keadaan bahaya, dan PBB harus campur tangan. Upaya Manuilsky tidak membuahkan hasil instan, tapi dia terus mengangkat masalah Indonesia.
Pada 1 Agustus 1947, setelah Agresi Militer Belanda Pertama 21 Juli 1947, PBB mengeluarkan resolusi yang isinya menyeru kepada Indonesia dan Belanda melakukan gencatan senjata, dan menyelesaikan masalah dengan komisi arbitrase atau cara lainnya.
Dua pekan kemudian, tepatnya 14 Agutus 1947, perjuangan Manuilsky untuk Indonesia terwujud. DK PBB bersidang di Lake Success, New York, dengan agenda masalah Indonesia dan Belanda, serta Agresi Militer Belanda I.
Sidang menghasilkan dua keputusan. Pertama, Indonesia diwajibkan membuat laporan sesungguhnya tentang keadaan di Indonesia. Kedua, pembentukan Komisi Tiga Negara (KTN) yang akan memberikan jasa-jasa baik untuk penyelesaian pertikaian Indonesia-Belanda.
Presiden Soekarno menyampaikan terima kasih kepada Ukraina, dengan memobilisasi rakyat untuk berparade di jalanan. Pada 4 Februari 1946, rakyat Indonesia menggelar Pawai Terima Kasih Ukraina, Terima Kasih Manuilsky, di Jakarta dan beberapa kota besar lainnya.
Jasa Ukraina itulah yang harus dibalas negara ini. Muslim Indonesia harus terus mendoakannya agar negeri Ukraina segera aman. Ingat, utang jasa dan utang budi tak bisa dibayar dengan apa pun, kecuali balik membalasnya dengan jasa dan budi juga, Hutang budi dibawa sampai mati!