REPUBLIKA.CO.ID, SAMARINDA -- Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah (Urais Binsyar) Kementerian Agama (Kemenag), Adib, mengatakan masjid harus menjadi pusat literasi keagamaan Islam. Penegasan ini disampaikan Adib saat memberi sambutan pada Kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Pengelolaan Perpustakaan Masjid di Kota Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim), Rabu (9/2/2022).
”Perpustakaan masjid adalah pusat literatur Islam, marilah kita perjuangkan. Masjid tidak semata-mata sebagai pusat tempat ibadah, tapi masjid sejak awal berdirinya pada masa Rasulullah itu adalah tempat atau pusat peradaban Islam, pusat literasi keagamaan Islam,” kata Adib yang memberikan sambutan secara daring melalui Zoom dari Jakarta.
Bimtek Pengelolaan Perpustakaan Masjid ini diikuti 33 peserta dari pengurus perpustakaan masjid, dan unsur Kanwil Kemenag Kaltim. Kegiatan ini diselenggarakan dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Adib yang pernah menjabat Kepala Kanwil Kemenag Jabar itu menjelaskan, saat Rasulullah membangun pusat peradaban Islam, hal pertama yang menjadi fokus Rasulullah adalah masjid, seperti ketika membangun Masjid Quba di perbatasan Kota Madinah ketika Rasulullah berhijrah.
“Masjid menjadi titik pusat peradaban. Oleh karenanya, marilah kita bangkitkan kembali peran masjid, tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi menjadi pusat literasi, pusat peradaban, dan juga pusat pemberdayaan masyarakat. Jadi ini adalah amanah bagi kita semua, marilah kita bersama-sama tunaikan amanah ini untuk meningkatkan layanan keagamaan kepada umat Islam,” tuturnya.
Direktorat Urais Binsyar, lanjut Adib, memiliki visi dan misi untuk memperkuat layanan keagamaan sebagai bentuk hadirnya pemerintah di tengah masyarakat, salah satunya melalui peningkatan kapasitas para pengurus perpustakaan masjid dalam mengelola dan melayani umat.
“Kita punya peran untuk meningkatkan kualitas literasi khazanah budaya bernafaskan agama, dan meningkatkan kualitas sarana pendukung pelayanan keagamaan. Untuk mencapai tujuan ini, maka perlu kerja sama dan sinergitas antara Subdit di Direktorat Urais, dan juga kerja sama dengan stakeholder terkait. Ini saya kira sangat penting untuk maju bersama,” jelasnya.
Menurut Adib, perpustakaan masjid harus memiliki kualitas sarana dan prasarana yang memadai dan mudah diakses masyarakat secara luas.
“Karena kalau kita ingin membangun kualitas literasi masyarakat, maka kita harus menyediakan sarana dan prasarana untuk bacaan yang sehat, mendidik, dan dapat mencerahkan masyarakat. Dan tempat yang paling mudah diakses masyarakat adalah tempat ibadah, dalam hal ini masjid, sehingga pemberdayaan masjid dalam hal pengelolaan perpustakaan masjid menjadi sangat penting,” terangnya.
Adib berharap, peningkatan kapasitas pengelolaan perpustakaan masjid ini mampu menciptakan perpustakaan-perpustakaan masjid yang mudah diakses masyarakat, baik dari sisi koleksi, maupun tempat yang representatif, sehingga masyarakat merasa tenang untuk mengakses perpustakaan masjid tersebut.
“Sebagaimana kita tahu tingkat literasi masyarakat kita dibanding negara lain masih tergolong tertinggal. Oleh karena itu kegiatan Bimtek Pengelolaan Perpustakaan Masjid ini diharapkan bisa memberi pelayanan yang maksimal kepada masyarakat. Ini perlu kerja keras dari kita semua,” kata Adib.