REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional (NASA) menyuarakan kekhawatirannya tentang rencana ekspansi SpaceX untuk menyebarkan sekitar 30 ribu satelit Starlink untuk memperluas bisnis dari perusahaan milik Elon Musk itu. Kekhawatiran itu meningkat karena potensi terganggunya kegiatan observasi dan pengawasan astronomi yang dilakukan oleh para peneliti.
"NASA memiliki kekhawatiran dengan potensi peningkatan yang signifikan dalam frekuensi peristiwa konjungsi dan kemungkinan dampak pada misi luar angkasa manusia dan sains NASA," pesan NASA kepada Komisi Komunikasi Federal AS seperti dikutip dari Reuters, Kamis (10/2/2022).
Sebelumnya SpaceX telah menerima otorisasi untuk sekitar 12.000 satelit agar bisa menghadirkan layanan jaringan internet berbasis satelit, dan kini SpaceX berencana untuk melakukan ekspansi dengan meminta otorisasi untuk konstelasi generasi kedua dari 30.000 satelit. NASA mencatat saat ini ada 25.000 total objek yang dilacak di orbit satelit dan sekitar 6.100 di bawah 600 kilometer.
Ekspansi Gen2 SpaceX tentunya akan menambah objek yang perlu dilacak sebanyak dua kali lipat di orbit dan meningkatkan jumlah objek di bawah 600 kilometer lebih dari lima kali lipat. Tentu ini menambah kerja para peneliti NASA dan peneliti luar angkasa lainnya untuk dapat melakukan observasi di ruangan yang berada jauh dari jangkauan bumi itu.
Ahli Astrofisika dari Harvard Smithsonian, Jonathan McDowell, juga menyuarakan hal yang selaras dengan NASA. Pria yang juga masuk dalam panel American Astronomical Society (AAS) itu merasa prihatin karena dampak satelit pada astronomi bisa berdampak besar.
"Kami prihatin dengan banyaknya satelit yang mengganggu pengamatan astronomi. Saya pikir kita perlu sedikit lebih banyak pengalaman dengan beberapa ribu satelit yang beroperasi sebelum kami dapat meningkatkan hingga puluhan ribu," ujarnya.
SpaceX pun hingga kini masih bungkam untuk memberikan tanggapan mengenai kekhawatiran NASA dan para peneliti luar angkasa itu. Elon Musk sebagai pemilik SpaceX sebelumnya sempat mencuit di akun Twitternya pada pertengahan Januari 2022 bahwa dari ribuan satelit Starlink yang aktif, ada ratusan satelitnya yang akan melakukan perpindahan orbit operasional dalam waktu dekat.
Cuitan itu ditanggapi oleh Amazon.com yang juga memiliki "Kuiper Project" sebuah proyek satelit serupa dengan milik SpaceX dengan meminta Komisi Komunikasi Federal AS mengkaji ulang. Amazon menilai akan ada potensi satelit miliknya dan SpaceX mengalami tumpang tindih secara orbital dan mampu meningkatkan beban kerja pada sistem Kuiper.