REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kenaikan harga komoditas khususnya batu bara diperkirakan masih akan menjadi katalis positif bagi saham saham energi. Kekhawatiran akan dampak konflik Rusia dan Ukraina telah membuat permintaan terhadap batu bara meningkat.
"Kenaikan harga jual batu bara akan membuat emiten pertambangan batu bara membukukan pertumbuhan laba yang positif," kata Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Martha Christina, Kamis (10/2).
Martha mengatakan imbas kenaikan harga komoditas telah terefleksi pada indeks sektoral khususnya energi. Dari 11 sektor yang termasuk dalam IHSG, mayoritas mengalami pelemahan dan hanya empat sektor saja yang menguat.
Kinerja terbaik dibukukan oleh IDXEnergy dengan pertumbuhan sebesar 14 persen. Lalu kenaikan selanjutnya disusul oleh IDXTrans yang naik 7 persen. Beberapa saham penggeraknya adalah BYAN yang naik 36 persen, ADMR melesat 1170 persen, TMAS naik 42 persen dan CMPP melonjak 164 persen.
Martha melihat, sektor energi ini masih berpeluang membukukan kinerja yang baik di tahun ini seiring dengan kenaikan harga. Seperti diketahui, harga acuan batu bara pada Februari 2022 naik 19 persen ke 188 dolar AS per ton karena masih tingginya permintaan global seiring tingginya krisis energi.
Selain itu, pemerintah juga sudah mencabut larangan ekspor batu bara yang sempat membebani kenaikan sektor saham energi. Saat ini perusahaan batu bara sudah bisa melakukan ekspornya mulai pertengahan Januari lalu.
Yuk Baca: Tertinggi di Indonesia, Valuasi Merek Telkom Capai 4,69 Miliar Dolar AS
"Mempertimbangkan berbagai sentimen positif tersebut, kami merekomendasikan beli untuk saham ITMG dan PGAS, hold untuk PTBA serta jual untuk ADRO," kata Martha.
Secara umum, Martha melihat, IHSG pada Februari masih akan menembus level tertingginya. Secara teknikal, menurut Martha, IHSG diperkirakan akan menembus level 7.000 dengan menguji resistance di level 6.900 dan support 6.700.