Pusat Studi Muhammadiyah Kuatkan Narasi Islam Tengah
Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Logo Muhammadiyah. | Foto: Antara
REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Pusat Studi Muhammadiyah menggelar diskusi kebangsaan mengangkat tema Moderasi Indonesia: Islam Tengah dan Tantangan Persatuan Bangsa. Kegiatan ini bekerja sama Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI.
Diskusi dibuka pengantar yang disampaikan Direktur Pusat Studi Muhammadiyah, Bachtiar Dwi Kurniawan. Dimoderatori Azka Abdi Amrurobbi, diskusi kebangsaan tersebut menghadirkan pembicara-pembicara lintas keilmuan dan lembaga RI.
Mulai dari Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY Hendra Darmawan, pakar hukum nasional Muhammad Alfian Jafar, dan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Nasyiatul 'Aisyiyah (NA) Diyah Pusputarini selaku pembicara.
Kemudian, penanggap pembicara yang terdiri dari anggota DPR RI, Ibnu Mahmud Bilalludin, dan Ketua DPD PAN Kota Yogyakarta, Arif Noor Hartanto. Diskusi yang disiarkan akun YouTube Pusat Studi Muhammadiyah itu digelar di Amphitheater Pascasarjana UMY.
Dalam pengantarnya, Direktur Pusat Studi Muhmmadiyah, Bachtiar Dwi Kurniawan mengatakan, masyarakat harus memandang kehidupan yang sangat beragam ini secara tidak berlebihan. Artinya, tidak ekstrim kanan maupun tidak ekstrim kiri.
"Jadi, tidak perlu ada klaim kebaikan, klaim kebenaran, yang bisa menghancurkan kebersamaan kita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," kata Bachtiar, Kamis (10/2).
Ia menekankan, Islam tengah dan persatuan bangsa merupakan narasi yang telah dan terus dikembangkan Muhammadiyah. Dalam bidang apapun, kata Bachtiar, masyarakat harus belajar untuk bisa menempatkan diri dalam titik yang tidak ekstrim ke manapun.
Sehingga, masing-masing bisa mendorong kekuatan untuk bersatu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bachtiar berharap, ke depan tumbuh lebih besar rasa saling menghargai satu sama lain antar setiap elemen-elemen bangsa.
Masyarakat mayoritas agar terus berusaha mengayomi yang minoritas, sedangkan masyarakat minoritas agar terus berusaha menghargai yang mayoritas.
Ia turut berharap, diskusi kebangsaan memberi pencerahan pentingnya persatuan bangsa. "Semangat persatuan ini yang menjadi narasi Pusat Studi Muhammadiyah," ujar Bachtiar.