REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menilai, uji klinis vaksin Merah Putih menjadi tahap yang menjanjikan bagi Indonesia upaya melawan Covid-19. Vaksin yang dikembangkan Universitas Airlangga (Unair) ini dinilai memberi harapan pasokan vaksin dalam negeri mengingat jumlah penduduk Indonesia sangat banyak.
"Tentu uji klinis ini jadi satu tahapan yang menjanjikan, dalam artian memang bukan berarti langsung berhasil. Tetapi setidaknya ini langkah besar dari Indonesia yang membuktikan untuk menghadapi ancaman pandemi berikutnya," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (10/2/2022).
Ancaman wabah berikutnya ini tentu membutuhkan topangan riset vaksin.Ia mengingatkan Indonesia tak bisa mengandalkan vaksin dari luar negeri atau impor. "Kalau Indonesia hanya mengandalkan luar negeri padahal penduduk Indonesia banyak, kebutuhan besar, maka dana yang dibutuhkan juga besar," katanya.
Dicky menjelaskan, Covid-19 yang terus bermutasi dan di kelompok rentan memiliki kecenderungan membutuhkan vaksin Covid-19 penguat (booster), termasuk anak baru lahir atau target sasaran memerlukan vaksin. Kebutuhan ini, dia melanjutkan, bersifat jangka panjang.
Secara ketahanan nasional, kemandirian kesehatan lebih menguntungkan jika memiliki riset vaksin sendiri. Selain itu, ia mengingatkan Indonesia nantinya diuntungkan memiliki vaksin buatan dalam negeri karena negara ini dihuni penduduk yang mayoritas Muslim.
"Tentu kebutuhan vaksin yang halal menjadi penting. Kalau Indonesia melakukannya, penelitinya juga memahami kebutuhan masyarakat," katanya.
Bahkan, ia mengingatkan sebetulnya vaksin yang tidak mengandung komponen babi, bukan hanya untuk Muslim melainkan juga non-Muslim yang tidak mau mendapatkan komponen binatang. Sehingga, dia melanjutkan, kalau vaksin Covid-19 diproduksi sendiri akan memenuhi kebutuhan masyarakat.
Terkait potensi keberhasilan vaksin Merah Putih, Dicky menilai ini belum bisa dilihat secara jangka pendek. Menurutnya, kemungkinan keberhasilan tentu tak bisa berharap banyak. Secara peluang vaksin penyakit menular, potensi berhasilnya 50 persen. "Artinya tak ada jaminan. Tetapi itu bukan berarti kita berkecil hati karena ada modal," ujarnya.
Ia mengakui riset vaksin Covid-19 mandiri nantinya perlu dilakukan karena dibutuhkan di masa panjang. Menurutnya, ini harus terus dilakukan supaya Indonesia bisa berdiri di atas kaki sendiri (berdikari). "Jadi, saya dukung vaksin Merah Putih kalau untuk jangka menengah dan panjang," ujarnya.
Sebelumnya, vaksin Merah Putih mulai memasuki tahapan uji klinis. Vaksin buatan Universitas Airlangga, PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia, dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Soetomo itu dilakukan uji klinis tahap pertama pada Rabu (9/2/2022).
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan vaksin merah putih diproyeksikan selain sebagai booster dan vaksin anak. Vaksin ini juga sebagai vaksin donasi internasional. Diharapkan vaksin Merah Putih dapat menembus negara dengan populasi agama Islam
“Presiden bersedia menggunakan ini sebagai vaksin donasi dari Republik Indonesia khususnya sebagai ketua G20 ke negara-negara lain yang membutuhkan,” kata Menkes secara virtual, Rabu (9/2/2022).