REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Covid-19 akibat infeksi SARS-CoV-2 varian omicron cenderung memunculkan gejala penyakit yang lebih ringan dibandingkan serangan varian sebelumnya. Kebanyakan orang menderita gejala seperti pilek.
National Health Society (NHS) masih mencantumkan batuk terus-menerus yang baru muncul, kehilangan kemampuan indra penciuman dan pengecap, dan suhu tinggi sebagai tanda-tanda utama Covid-19. Sementara itu, sekitar 20 gejala telah dicatat secara teratur oleh orang Inggris yang jatuh sakit akibat Covid-19.
Gejalanya termasuk pilek, sakit kepala, penciuman yang berubah, dan tidak nafsu makan. Di samping itu, ada dua gejala yang mungkin dapat membuat orang salah mengiranya sebagai penyakit sehari-hari yang bisa muncul sebelum dinyatakan positif Covid-19.
Kelelahan
Kelelahan telah menjadi gejala Covid-19 apapun varian virusnya. Penelitian menunjukkan bahwa keluhan tersebut cenderung lebih sering menyerang perempuan.
Sebuah jajak pendapat oleh WebMD menanyakan kepada pengguna seberapa sering mereka mengalami kelelahan dari 23 Desember 2021 hingga 4 Januari 2022. Sepertiga pria mengatakan mereka menderita kelelahan, sedangkan 40 persen perempuan melaporkan mereka berjuang dengan rasa lelah karena Covid-19.
Ketika omicron muncul di Afrika Selatan, salah satu gejala utamanya adalah kelelahan. Praktisi swasta dan ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan, dr Angelique Coetzee, mengatakan, gejala utama omicron pada tahap awal adalah kelelahan, nyeri tubuh, dan sakit kepala.
Pakar lain mengatakan, sulit untuk membedakan apakah kelelahan disebabkan oleh Covid-19 atau bukan. Sebab, orang terkadang dapat merasakannya akibat faktor gaya hidup lainnya.
Studi telah menemukan kelelahan terkait dengan 62 persen kasus Covid-19. Pakar penyakit menular, dr Sachin Nagrani, mengatakan bahwa itu didefinisikan sebagai kelelahan ekstrem akibat aktivitas mental atau fisik atau penyakit.
Sebagai gejala akut, kelelahan yang tiba-tiba terasa bisa saja menjadi penanda awal infeksi Covid-19. Namun, kelelahan bisa dengan mudah disebabkan oleh penyebab lain.
"Penting juga untuk diingat bahwa banyak kasus Covid-19 tidak menunjukkan gejala sama sekali, yang menjadi salah satu alasan penyebarannya terus begitu mudah," ujar dr Nagrani, seperti dilansir dari laman The Sun, Kamis (10/2/2022).