Jumat 11 Feb 2022 07:15 WIB

Satgas Minta Perkantoran Jabodetabek Cegah Penularan Covid-19

Jakarta Pusat, wilayah dengan laju penularan tertinggi di aglomerasi Jabodetabek.

Rep: Dessy Suciati S/ Red: Dwi Murdaningsih
Pekerja menyiapkan tempat tidur untuk pasien COVID-19 dengan kategori Orang Tanpa Gejala (OTG) di Eks Masjid Darul Jannah, Kantor Wali Kota Jakarta Selatan, Jakarta, Selasa (3/8/2021). Pemerintah telah menyiapkan 49.000 tempat tidur pada tempat isolasi terpusat di Pulau Jawa dan Bali untuk menekan angka penularan COVID-19 .
Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak A
Pekerja menyiapkan tempat tidur untuk pasien COVID-19 dengan kategori Orang Tanpa Gejala (OTG) di Eks Masjid Darul Jannah, Kantor Wali Kota Jakarta Selatan, Jakarta, Selasa (3/8/2021). Pemerintah telah menyiapkan 49.000 tempat tidur pada tempat isolasi terpusat di Pulau Jawa dan Bali untuk menekan angka penularan COVID-19 .

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menekankan pentingnya upaya menurunkan kasus, khususnya di wilayah aglomerasi di Pulau Jawa dan Bali. Ia menyebut laju penularan tinggi saat ini terjadi di wilayah aglomerasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek).

Karena itu, Wiku meminta agar penularan di daerah-daerah tersebut dapat segera ditekan, terutama yang disumbangkan oleh kluster perkantoran, baik kantor pemerintahan maupun swasta.

Baca Juga

"Jika di minggu depan masih menjadi penyumbang kasus dalam wilayah aglomerasi, maka pimpinan kantor gagal dalam kontribusinya untuk menurunkan dan mencegah kasus di wilayah tersebut," kata Wiku saat konferensi pers, dikutip pada Jumat (11/2/2022).

Ia menjelaskan, masyarakat yang rutin melakukan perjalanan, termasuk karena bekerja dan tertular, maka berpotensi menyebabkan terjadinya penularan pada keluarga.

"Untuk itu, mari bersama kita kendalikan kasus mulai dari unit yang paling kecil seperti kantor dan keluarga," tambah Wiku.

Wiku melanjutkan, berdasarkan data per 6 Februari 2022, Jakarta Pusat menjadi wilayah dengan laju penularan tertinggi di aglomerasi Jabodetabek. Kemudian disusul oleh Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Kota Depok, dan Jakarta Barat. Ia mengatakan, data ini berdasarkan insiden kumulatif atau proporsi kasus baru per 10 ribu penduduk dalam satu minggu.

“Berdasarkan data insiden kumulatif atau proporsi kasus baru per 10 ribu penduduk dalam 1 minggu, dalam hal ini, per 6 Februari 2022, Jakarta Pusat menjadi wilayah dengan laju penularan tertinggi. Disusul Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Kota Depok, dan Jakarta Barat,” jelas Wiku.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement