Jumat 11 Feb 2022 09:15 WIB

Inflasi Melambat, Jepang Bakal Alami Defisit Perdagangan Terbesar 8 Tahun Terakhir

Analis memperkirakan inflasi konsumen tetap jauh dari target Bank Sentral Jepang.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Warga berjalan di pusat Kota Tokyo (ilustrasi). Inflasi konsumen di Jepang kemungkinan melambat pada Januari 2022 dari bulan sebelumnya.
Foto: AP Photo/Koji Sasahara
Warga berjalan di pusat Kota Tokyo (ilustrasi). Inflasi konsumen di Jepang kemungkinan melambat pada Januari 2022 dari bulan sebelumnya.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Inflasi konsumen di Jepang kemungkinan melambat pada Januari 2022 dari bulan sebelumnya. Berdasarkan jajak pendapat Reuters, ekspektasi bank sentral di Jepang akan tertinggal jauh di belakang ekonomi lain dalam menaikkan suku bunga.

Data terpisah juga diperkirakan menunjukkan Jepang kemungkinan mengalami defisit perdagangan terbesar dalam delapan tahun pada Januari karena kenaikan terus-menerus dalam biaya bahan bakar dan bahan baku membengkak impor, menurut ekonom yang disurvei oleh Reuters.

Baca Juga

Indeks harga konsumen inti (CPI) nasional kemungkinan naik 0,3 persen pada Januari dari tahun sebelumnya. Itu melambat dari kenaikan 0,5 persen pada Desember, jajak pendapat 16 ekonom menunjukkan pada hari Jumat, (11/2/2022).

Perlambatan ini sebagian besar disebabkan oleh faktor satu kali seperti efek dasar dari penangguhan kampanye diskon perjalanan pemerintah pada akhir 2020. Ketika menghilangkan faktor-faktor sementara seperti itu, inflasi konsumen kemungkinan akan meningkat, kata para analis.

"Harga barang impor telah naik dan efeknya menyebar ke harga domestik yang sebelumnya melemah," kata Takeshi Minami, kepala ekonom di Norinchukin Research Institute, seperti dilansir dari Reuters, Jumat (11/2/2022).

Namun, banyak analis memperkirakan inflasi konsumen tetap jauh dari target 2 persen Bank Sentral Jepang untuk saat ini. Hal itu akan memaksa bank sentral untuk mempertahankan kebijakan ultra-longgar.

Data terpisah menunjukkan, kemungkinan akan menunjukkan Jepang mengalami defisit perdagangan 1.607 miliar yen (13,91 miliar dolar AS) pada Januari. Itu merupakan angka terbesar sejak Januari 2014.

Impor kemungkinan melonjak 37,1 persen pada Januari karena kenaikan bahan baku dan biaya bahan bakar, melampaui kenaikan ekspor 16,5 persen, jajak pendapat menunjukkan.

Pesanan mesin inti, juga akan jatuh tempo minggu depan, kemungkinan turun 1,8 persen secara bulanan dari Desember untuk menandai penurunan pertama dalam empat bulan, jajak pendapat menunjukkan.

Pemerintah akan merilis data CPI pada 18 Februari mendatang. Adapun data perdagangan dan data pesanan mesin akan dirilis pada 17 Februari.

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement