REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Kanselir Jerman Olaf Scholz memperingatkan Rusia soal konsekuensi politik dan ekonomi serius jika Moskow meningkatkan agresi militer terhadap Ukraina. Pada saat yang sama, ia menyatakan bahwa Jerman dan sekutu-sekutunya siap berdialog dengan Moskow dan menghendaki perdamaian.
Dengan Rusia mengelar latihan militer di Belarus dan Laut Hitam usai pengerahan pasukan di dekat Ukraina, kebuntuan telah menimbulkan kekhawatiran perang di Eropa. Kondisi itu menaikkan biaya energi di seluruh benua Eropa, yang mengandalkan pasokan gas Rusia.
"Apa yang dipertaruhkan sekarang adalah mencegah perang di Eropa. Kami menginginkan perdamaian," kata Scholz kepada wartawan pada pertemuan para pemimpin negara Baltik di Berlin, Kamis (10/2/2022) waktu setempat.
Pertemuan itu menyeru Rusia agar menurunkan ketegangan. "Agresi militer lebih lanjut oleh Rusia terhadap Ukraina akan menimbulkan konsekuensi politik, ekonomi, dan strategis yang sangat serius bagi Rusia," katanya.
"Pada saat yang sama, kami siap untuk melakukan pembicaraan serius dengan Rusia, dialog tentang isu keamanan Eropa."
Kremlin, kantor presiden Rusia, menepis tudingan Amerika Serikat beserta sekutu-sekutunya bahwa Moskow berencana menyerang negara tetangganya. Scholz bertemu dengan Perdana Menteri Estonia Kaja Kallas, Presiden Lithuania Gitanas Nauseda, dan Perdana Menteri Latvia Krisjanis Karins.
Para pemimpin negara Baltik itu menginginkan Jerman agar lebih berperan dalam upaya aliansi militer NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) memperkuat pertahanan terhadap Rusia di Eropa Timur. "Mereka membahas bantuan nyata untuk Ukraina, seperti ekonomi, finansial, serta dukungan moral," kata Nauseda usai pertemuan tersebut.
"Scholz yang berpengalaman menghadapi situasi ini, menganggap serius ancaman yang muncul di perbatasan Ukraina dan sudah pasti melihat bagaimana (ancaman-ancaman) itu berkaitan dengan keamanan di kawasan Baltik," kata Nauseda.
Menjelang pertemuan, PM Karins mendesak Jerman supaya menjadi aktor utama dalam memimpin Uni Eropa dan NATO melewati masa-masa sulit ini. "Fokus kami adalah mendukung Ukraina," kata Dallas.
"Deeskalasi tidak datang dengan todongan senjata dan dengan mengorbankan Ukraina."
Scholz berada di bawah tekanan AS untuk menghentikan saluran pipa yang mengalirkan gas Rusia ke Jerman, seandainya militer Rusia menyerang Ukraina.Scholz tidak menyebutkan proyek pipa Nord Stream 2 pada konteks konsekuensi bagi Rusia. Sebelumnya, kanselir Jerman itu menuturkan bahwa semua opsi tersedia.