Potensi Bahaya Merapi Masih Berupa Guguran Lava dan Awan Panas
Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Warga menyaksikan kubah lava sisi barat daya Gunung Merapi dari Kaliurang, Sleman, DI Yogyakarta, Ahad (9/1/2022). Menurut data Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta berdasarkan analisis morfologi volume kubah lava sisi barat daya sebesar 1.670.000 meter kubik dan kubah lava tengah sebesar 3.007.000 meter kubik. | Foto: ANTARA/Hendra Nurdiyansyah
REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) terus melakukan pengamatan terhadap aktivitas vulkanik Gunung Merapi. Pada periode pengamatan 4-10 Februari 2022, aktivitas Merapi masih cukup tinggi.
Kepala BPPTKG, Hanik Humaida mengatakan, sepanjang pekan cuaca di sekitar Gunung Merapi cerah pada pagi dan malam hari. Sedangkan, cuaca siang hari dan sore hari berkabut. Pekan ini teramati tiga kali guguran awan panas ke arah barat daya.
Mengarah ke hulu Sungai Bebeng dengan jarak luncur 1.800-2.000 meter. BPPTKG turut melaporkan hujan abu pada 6 Februari 2022 di Kapanewon Cangkringan dan Sleman di Kabupaten Sleman maupun Kecamatan Musuk, di Kabupaten Boyolali.
"Guguran lava teramati sebanyak 133 kali ke arah barat daya dominan ke Sungai Bebeng dengan jarak luncur maksimal 2.000 meter," kata Hanik, Jumat (11/2).
Berdasarkan analisis morfologi, tidak teramati adanya perubahan morfologi yang signifikan baik di kubah lava barat daya maupun kubah tengah. Volume kubah lava barat daya 1.670.000 meter kubik dan kubah tengah sebesar 3.007.000 meter kubik.
Hanik menekankan, intensitas kegempaan Gunung Merapi pada pekan ini masih cukup tinggi. Deformasi Gunung Merapi yang dipantau BPPTKG dengan menggunakan EDM pada pekan ini terus menunjukkan laju pemendekan jarak sebesar 0,7 centimeter per hari.
Intensitas curah hujan sebesar 43 milimeter per jam selama 25 menit yang terjadi di Pos Babadan pada 6 Februari 2022. Meski begitu, tidak dilaporkan terjadinya lahar maupun penambahan aliran di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi.
Untuk itu, Hanik menekankan, aktivitas vulkanik Merapi masih cukup tinggi berupa erupsi yang bersifat efusif. Karenanya, ia mengingatkan status aktivitas Merapi sampai saat ini masih ditetapkan dalam tingkat siaga.
Maka itu, masyarakat diingatkan potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas di sektor selatan–barat daya. Meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal lima kilometer, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal tujuh kilometer.
"Sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal tiga kilometer dan Sungai Gendol lima kilometer. Sedangkan, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak," ujar Hanik.
Masyarakat diminta tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya. Mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Merapi serta mewaspadai bahaya lahar, terutama saat terjadi hujan di seputar Merapi.
Selain itu, BPPTKG meminta masyarakat terus mengamati perkembangan aktivitas dari Gunung Merapi melalui sumber-sumber terpercaya. Sebab, jika ada perubahan aktivitas signifikan, maka status aktivitas Merapi akan ditinjau kembali.