REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Muchamad Nabil Haroen menilai Nahdlatul Ulama dan PDI Perjuangan selama ini sangat harmonis dan saling melengkapi. Keduanya mencerminkan dua elemen terbesar bangsa Indonesia, yakni keislaman dan nasionalisme.
"NU jelas mewakili wajah Islam Indonesia yang moderat, toleran dan damai serta berakar pada tradisi dan nilai-nilai keindonesiaan. Sementara, PDI Perjuangan merupakan partai yang menjadi rumah aspirasi bagi kelompok nasionalis. Secara simbolis, hijau dan merah ini mewakili Indonesia,"komentar Ketua Umum Pimpinan Pusat Pagar Nusa Nahdlatul Ulama ini terkait dengan agenda Harlah NU yang diselenggarakan oleh DPP PDI Perjuangan pada Sabtu, (12/2/2022).
Menurut Gus Nabil, NU dan PDI Perjuangan bersama-sama mengawal kesatuan Indonesia dan terus menjaga nasionalisme. Keduanya konsisten untuk mengusung nilai-nilai persatuan, kesatuan dan juga semangat untuk membela tanah air, apapun konsekuensi politik dan sosialnya.
"Karena, NU dan PDI Perjuangan sejak awal berkomitmen menjaga agar bangsa Indonesia terus kuat, dan terjaga dari gempuran kekuatan apapun yang ingin merusak perdamaian dan kesatuan,"kata dia dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (12/2/2022).
Gus Nabil mengaku bersyukur menjadi bagian dari NU dan sekaligus PDI Perjuangan.
"Saya ingat betul, sejak ditugaskan kiai untuk ikut mewarnai PDI Perjuangan dan berkhidmah untuk Indonesia, semangat dan komitmen untuk menjaga Indonesia, menguatkan persatuan dan berkontribusi untuk bangsa, ini menjadi sangat penting. Kolaborasi antara NU dan PDI Perjuangan menjadi semakin revelan saat ini, di tengah berbagai kontestasi ideologi dan politik yang ingin merongrong NKRI dari berbagai sisi,"kata dia.
Ke depan, ungkapnya, NU dan PDI Perjuangan akan terus berkolaborasi, saling melengkapi tidak hanya di level nasional, tapi juga di level internasional. Menurutnya, ada ribuan kader NU yang tersebar di lebih dari 35 negara.
"Saya kira, PDI Perjuangan sebagai kekuatan politik terbesar Indonesia dan tulang punggung pemerintahan saat ini, haruslah menjadikan ini sebagai momentum untuk mengkonsolidasi kekuatan diaspora Indonesia dan jaringan internasional, khususnya untuk menguatkan posisi Indonesia. Ini sangat tepat momentumnya, di tengah Amanah Indonesia dalam presidensi G-20 pada tahun 2022 ini,"paparnya.