Senin 14 Feb 2022 06:28 WIB

Taliban Bebaskan 4 Aktivis Perempuan Afghanistan

Empat aktivis sempat dinyatakan hilang setelah berpartisipasi dalam demo anti Taliban

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Taliban telah membebaskan empat aktivis perempuan yang sempat dinyatakan hilang beberapa pekan lalu setelah berpartisipasi dalam demonstrasi anti-Taliban.
Foto: EPA-EFE/STRINGER
Taliban telah membebaskan empat aktivis perempuan yang sempat dinyatakan hilang beberapa pekan lalu setelah berpartisipasi dalam demonstrasi anti-Taliban.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL – Pemerintahan Taliban telah membebaskan empat aktivis perempuan Afghanistan. Mereka dinyatakan hilang beberapa pekan lalu setelah berpartisipasi dalam demonstrasi anti-Taliban.

“Setelah sekian lama ketidakpastian tentang keberadaan dan keselamatan mereka, empat aktivis perempuan Afghanistan yang ‘menghilang’, serta kerabat mereka yang juga hilang, semuanya telah dibebaskan oleh otoritas de facto,” kata Misi Bantuan PBB untuk Afghanistan (UNAMA) lewat akun Twitter resminya, Ahad (13/2/2022), dikutip laman Al Arabiya.

Baca Juga

Empat aktivis perempuan itu yakni Tamana Zaryabi Paryani, Parwana Ibrahimkhel, Zahra Mohammadi, dan Mursal Ayar. Mereka dinyatakan hilang setelah bergabung dalam aksi unjuk rasa memprotes pemerintahan Taliban yang digelar pertengahan Januari lalu. Sebelumnya, Taliban secara konsisten membantah menahan mereka.

Sekelompok aktivis wanita di Afghanistan telah beberapa kali menggelar demonstrasi di ibu kota Kabul. Mereka menuntut janji pemerintahan Taliban dalam memenuhi hak-hak dasar bagi kaum wanita di sana. Tak hanya di bidang pendidikan, tapi juga pekerjaan dan partisipasi politik.

Aksi unjuk rasa demikian terbilang sangat berani. Sebab sebenarnya pemerintahan Taliban melarang adanya kegiatan protes. Awal bulan ini, Taliban memutuskan membuka kembali universitas-universitas negeri di sejumlah provinsi di Afghanistan, antara lain Helmand, Farah, Nimroz, Laghman, Nangarhar, dan Kandahar. Kabar baiknya, Taliban turut mengizinkan kaum wanita berkuliah.

Kendati demikian, kegiatan belajar mengajar antara mahasiswa dan mahasiswi dipisah. Taliban belum mengizinkan adanya pembauran di ruang kelas seperti sebelumnya. Belum jelas juga apakah tenaga pengajar pria diizinkan mengajar mahasiswi maupun sebaliknya.

PBB menyambut langkah Taliban membuka kembali universitas-universitas negeri di Afghanistan dan turut mengizinkan kaum wanita berkuliah. "Mari kita semua mendukung kembalinya siswa perempuan dan laki-laki Afghanistan ke universitas-universitas di seluruh Afghanistan," ujar Utusan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Afghanistan, Deborah Lyons, lewat akun Twitter pribadinya pada 2 Februari lalu.

PBB menilai, penting bagi generasi muda Afghanistan memiliki akses yang sama ke pendidikan. Lyons pun mendorong para pihak membantu peningkatan kualitas tenaga pengajar di negara tersebut "Pendukung dapat mempertimbangkan berbagai program beasiswa serta dukungan berkelanjutan bagi profesor wanita dan pria (di Afghanistan)," kata Lyons.

Baca juga : Larangan Jilbab India, MUI: Dampak dari Penguasaan Taliban di Afghanistan

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement