Senin 14 Feb 2022 06:44 WIB

Kanselir Jerman Ancam Ajak Sekutu Jatuhkan Sanksi Jika Rusia Serang Ukraina

Kanselir Jerman menilai krisis di perbatasan Rusia-Ukraina ancam perdamaian.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Reiny Dwinanda
 Kanselir Jerman Olaf Scholz. Scholz diagendakan mengunjungi Ukraina dan bertemu Presiden Volodymyr Zelensky pada Senin (14/2/2022). Keesokan harinya, Scholz bakal bertolak ke Moskow untuk bertemu Putin guna membahas krisis di perbatasan Rusia-Ukraina.
Foto: AP/Guglielmo Mangiapane/REUTERS
Kanselir Jerman Olaf Scholz. Scholz diagendakan mengunjungi Ukraina dan bertemu Presiden Volodymyr Zelensky pada Senin (14/2/2022). Keesokan harinya, Scholz bakal bertolak ke Moskow untuk bertemu Putin guna membahas krisis di perbatasan Rusia-Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Kanselir Jerman Olaf Scholz mengancam akan menjatuhkan sanksi kepada Rusia jika negara tersebut menyerang Ukraina. Scholz dijadwalkan bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin pekan ini.

"Agresi militer terhadap Ukraina yang membahayakan integritas teritorial dan kedaulatannya akan menghasilkan reaksi keras dan sanksi yang telah kami persiapkan dengan hati-hati dan yang dapat kami terapkan segera, bersama dengan sekutu kami di Eropa dan NATO," kata Scholz kepada awak media, Ahad (13/2/2022).

Baca Juga

 

Scholz diagendakan mengunjungi Ukraina dan bertemu Presiden Volodymyr Zelensky pada Senin (14/2/2022). Keesokan harinya, Scholz bakal bertolak ke Moskow untuk bertemu Putin.

Saat bertemu presiden dari kedua negara tersebut, Scholz akan memfokuskan pembicaraannya pada krisis di perbatasan Rusia-Ukraina. Menurut dia, situasi di wilayah itu “mengancam” perdamaian.

Menurut seorang sumber di pemerintahan Jerman, Berlin tak mengharapkan ada hasil konkret yang tercapai setelah Scholz bertemu Zelensky dan Putin. Namun, Scholz akan menekankan kepada Putin bahwa langkah Rusia menumpuk pasukannya di perbatasan Ukraina bakal dipandang sebagai ancaman.

"Kanselir akan menjelaskan bahwa setiap serangan terhadap Ukraina akan memiliki konsekuensi berat, dan bahwa seseorang tidak boleh meremehkan persatuan antara Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Inggris," ujar sumber tersebut.

 

Sumber itu mengungkapkan, saat bertemu Putin dan Zelensky, Scholz juga bakal membahas tentang upaya-upaya membuat kemajuan dalam menerapkan Perjanjian Minsk. Hal itu guna konflik di wilayah timur Ukraina dapat diakhiri.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement