REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan, produksi kedelai lokal telah teruji dapat digunakan untuk memproduksi tahu maupun tempe. Pasalnya, selama ini pengrajin tahu dan tempe menilai kedelai lokal hanya cocok untuk bahan baku pembuatan tahu.
"Fakta di lapangan dari hasil kajian kami, kedelai lokal bisa juga untuk produksi tempe bahkan hasilnya lebih banyak 25 persen dibanding menggunakan kedelai impor. Ini yang tidak terungkap," kata Direktur Aneka Kacang dan Umbi, Yuris Tiyanto, kepada Republika.co.id, Senin (14/2/2022).
Yuris mengatakan, salah satu contoh yang dilakukan oleh perusahaan swasta CV Java Agro Prima di Yogyakarta, di mana telah melakukan produksi kedelai bersama petani dan dapat digunakan untuk pembuatan tempe. Kedelai lokal juga merupakan produk non Genetically modified organism (GMO) tidak seperti impor.
Hanya saja, Yuris menegaskan, potensi itu semua membutuhkan dukungan berupa payung hukum pemerintah agar semua pihak ikut mensukseskan peningkatan kedelai lokal. Tahun ini saja, Kementan menargetkan produksi kedelai sebesar 1 juta ton atau naik dari realisasi produksi 2021 sebesar 200 ribu ton.
Berdasarkan catatan Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo), kebutuhan nasional kedelai untuk tahu dan tempe sebanyak 3 juta ton per tahun. Sebanyak 1 juta ton untuk tahu dan 2 juta ton untuk tempe.
Ketua Umum Gakoptindo, Aip Syarifuddin mengatakan, saat ini kedelai lokal hanya memenuhi sekitar 10 persen dari kebutuhan nasional. Ia pun berharap produksi kedelai dalam negeri memasok terutama untuk kebutuhan produksi tahu sementara tempe dinilai lebih baik menggunakan impor.
Gakoptindo mendorong pemerintah agar produksi lokal bisa terus dinaikkan. "Sudah terbukti kualitas, gizi, kalori, dan proteinnya lebih tinggi dari kedelai impor jadi kami minta agar tingkatkan terus produksinya," kata Aip.