Senin 14 Feb 2022 14:33 WIB

Pengrajin Tahu di Bogor Mogok Produksi Massal Mulai Pekan Depan

Meningkatnya harga bahan baku kedelai dinilai memberatkan para pengrajin tahu.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Bilal Ramadhan
Pekerja memproduksi tempe berbahan kedelai impor di sentra industri rumahan, Kelurahan Kedung Waringin, Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (12/2/2022). Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) berharap pemerintah setiap bulan mematok harga kedelai impor sehingga pergerakan harga tidak berubah setiap hari yang membuat sulit para perajin tahu dan tempe.
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Pekerja memproduksi tempe berbahan kedelai impor di sentra industri rumahan, Kelurahan Kedung Waringin, Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (12/2/2022). Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) berharap pemerintah setiap bulan mematok harga kedelai impor sehingga pergerakan harga tidak berubah setiap hari yang membuat sulit para perajin tahu dan tempe.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — Sejumlah pengrajin tahu di Bogor, mengikuti pengrajin organisasi tahu tempe se-Jabodetabek berencana mogok produksi massal dan mogok dagang pekan depan. Hal itu dilakukan untuk menekan lajunya harga kedelai yang kini menyentuh angka Rp 11.600 per kilogram.

Sekjen Sedulur Pengrajin Tahu Indonesia (SPTI), Musodik, mengatakan mogok massal tersebut juga akan dilakukan oleh 25 pengrajin tahu yang tersebar di wilayah Bogor. Ia mengatakan, mogok produksi dan mohok dagang massal akan dilakukan pada Senin (21/2) hingga Rabu (23/2).

Baca Juga

“Tujuan mogok untuk menekan lajunya harga kedelai. Surat edaran resminya belum disebar ke anggota, mungkin hari ini atau lusa karena gabungan dari beberapa organisais,” kata Sodik sapaannya, kepada Republika, Senin (14/2).

Sodik mengatakan, 25 produsen tahu yang tergabung dalam SPTI tersebar di daerah Parung, Jasinga, Cibinong, dan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Para produsen tahu tersebut, termasuk Musodik, saat ini biasa membeli kedelai bahan baku tahu seharga Rp 11.200 hingga Rp 11.600 per kilogram.

Padahal, kata dia, pada Januari tahun lalu, harga kedelai berada di kisaran angka Rp 9.000 hingga Rp 9.500 per kilogram. Harga tersebut meningkat sedikit demi sedikit setiap harinya hingga menyentuh angka Rp 11.600 per kilogram.

“Dan itu sudah memberatkan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), terutama pengrajin tahu dan tempe. Seharusnya harga standarisasi kisaran Rp 9.000 sampai Rp 9.500 per kilogram, sekarang hampir setiap hari mengalami kenaikan,” jelasnya.

Ia mengungkapkan, meningkatnya harga bahan baku kedelai dinilai memberatkan para pengrajin tahu, lantaran para pengrajin tahu tidak meningkatkan harga tahu kepada para pedagang atau distributor. Para pengrajin juga tidak mengurangi ukuran tahu baik pada tahu putih, tahu kuning, maupun tahu pong goreng.

“Berdasarkan pertimbangan sepertinya tidak ada kenaikan (harga tahu). Terkecuali nanti kacang bisa mencapai angka Rp 12 ribu per kilogram, baru nanti kita buat penyesuaian harga baru,” tuturnya.

Berdasarkan data yang diterima Republika, harga jual tahu berbagai jenis dari pengrajin ke pedagang berada di angka Rp 600 hingga Rp 3.000 per buah. Sodik mengatakan, harga tersebut ditetapkan dengan penyesuaian dari pengrajin ke pedagang.

“Kalau dari pedagang ke Konsumen untuk saat ini harga jual rata-rata Rp 4 ribu per bungkus,” ucapnya.

Dengan adanya mogok massal produksi tahu ini, Sodik berharap, ada kestabilan harga kedelai. Serta pendistribusian kedelai kembali ditangani oleh pemerintah.

Selain melakukan mogok produksi dan mogok dagang massal, Sodik mengatakan, seluruh pasar tradisional di wilayah Bogor juga akan dilakukan pengawasan. Oleh karena itu sejumlah organisasi tahu tempe se-Jabodetabek akan membuat surat edaran dengan tembusan ke pihak kepolisian mulai dari Polda Metro, Polres, Polresta, dan Polsek setempat.

“Untuk menjaga kemungkinan terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan di lapangan,” imbuhnya.

Dikonfirmasi terpisah, Direktur Utama Perumda Pasar Pakuan Jaya (PPJ) Kota Bogor, Muzakkir, mengaku sudah menerima informasi terkait adanya mogok produksi dan mogok dagang massal dari pengrajin tahu dan tempe pada awal pekan depan.

Hanya saja, kata dia, hal tersebut belum berdampak terhadap pasokan, serta harga tempe dan tahu di lapangan. “Semoga jangan sampai berdampak ya. Tapi sejauh ini harga tahu tempe masih stabil tidak ada kenaikan,” ucapnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement