Selasa 15 Feb 2022 01:19 WIB

Soal Pembelian Pesawat Rafale, Pengamat: Peremajaan Alutsista Sangat Dibutuhkan

Pandemi Covid-19 jadi tantangan besar pemerintah melakukan modernisasi alutsista

Rep: Flori sidebang/ Red: Gita Amanda
Pengamat pertahanan, Anton Aliabbas mengatakan, rencana pemerintah Indonesia membeli 42 unit pesawat Rafale buatan Prancis dan 36 pesawat F-15ID buatan Amerika Serikat memang sangat dibutuhkan, mengingat kondisi alutsista TNI yang perlu peremajaan. (ilustrasi).
Pengamat pertahanan, Anton Aliabbas mengatakan, rencana pemerintah Indonesia membeli 42 unit pesawat Rafale buatan Prancis dan 36 pesawat F-15ID buatan Amerika Serikat memang sangat dibutuhkan, mengingat kondisi alutsista TNI yang perlu peremajaan. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat pertahanan, Anton Aliabbas mengatakan, rencana pemerintah Indonesia membeli 42 unit pesawat Rafale buatan Prancis dan 36 pesawat F-15ID buatan Amerika Serikat memang sangat dibutuhkan, mengingat kondisi alutsista TNI yang perlu peremajaan. Anton menyebut, pandemi Covid-19 pun telah menjadi tantangan besar pemerintah dalam melakukan modernisasi alutsista.

"Di tengah upaya pemulihan ekonomi, pembaruan alutsista tetap tidak bisa dihindari. Sekalipun perang terbuka dalam skala besar di kawasan belum berpeluang besar, ketegangan dalam skala terbatas dapat terjadi sekalipun di masa pandemi. Untuk itu, peremajaan alutsista tetap harus dilakukan," kata Anton dalam keterangannya, Senin (14/2/2022).

Baca Juga

Anton menjelaskan, rencana pembelian puluhan pesawat ini juga semakin menunjukkan bahwa kawasan Indo-Pasifik mempunyai nilai strategis dalam dinamika geopolitik di masa mendatang. Menurut dia, mau tidak mau beberapa negara besar, seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis merasa ingin terlibat dalam pusaran dinamika geopolitik kawasan.

"Dengan demikian, rencana pengadaan ini memang tidak bisa dilepaskan dari konteks dinamika lingkungan strategis kawasan. Dan Indonesia dinilai sebagai salah satu mitra strategis negara tersebut untuk dapat berkiprah di kawasan," ujarnya.

Selain itu, dia melanjutkan, rencana pembelian pesawat-pesawat ini semakin menunjukkan pola diplomasi pertahanan yang dilakukan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Dia mengungkapkan, dalam dua tahun terakhir, Prabowo terlihat menjaga dan meningkatkan hubungan bilateral dengan lima negara pemilik hak veto di PBB.

"Hal ini dapat dilihat dari intensitas pertemuan, baik yang dilakukan melalui kunjungan kerja maupun pertemuan di domestik," tutur dia.

Sebelumnya diberitakan, Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Prabowo Subianto menerima kunjungan dari Menteri Angkatan Bersenjata Prancis, Florence Parly, di Kantor Kemenhan, Jakarta Pusat, Kamis (10/2/2022). Prabowo menyebut, dalam pertemuan itu, kedua negara membahas beberapa hal secara mendalam, salah satunya adalah terkait kerja sama di bidang alutsista.

Prabowo menyebut, Indonesia merencanakan pembelian alutsista yang cukup signifikan untuk multirole combat aircraft. Dia mengungkapkan, rencananya Indonesia akan mengakuisisi 42 jet tempur Dassault Rafale buatan Prancis.

"Kita rencananya akan mengakuisisi 42 pesawat Rafale. Kita mulai hari ini dengan tanda tangan kontrak pertama untuk enam pesawat," kata Prabowo, Rabu.

Kemudian, sambung dia, dalam waktu dekat akan disusul kontrak untuk 36 pesawat Dassault Rafale dengan dukungan latihan persenjataan dan simulator-simulator yang dibutuhkan. Selain itu, Prabowo mengungkapkan, dalam pertemuan itu, kedua negara juga telah menandatangani MoU kerja sama di bidang research and development tentang kapal selam.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement