REPUBLIKA.CO.ID, KIEV — Sejumlah negara Arab pada Sabtu (12/2/2022) menyerukan warganya di Ukraina untuk segera meninggalkan negara itu, di tengah ketegangan atas kemungkinan invasi Rusia ke negara itu mencapai ketegangan baru.
Dilansir dari Alaraby, Ahad (13/2/2022) Irak , Yordania, Kuwait, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab (UEA) meminta warganya untuk meninggalkan Ukraina mengingat perkembangan saat ini dan memperingatkan agar tidak melakukan perjalanan ke negara itu di masa mendatang.
Kelima negara tersebut meminta warganya untuk menunda rencana kunjungan ke negara tersebut. Langkah itu dilakukan, terutama setelah Amerika Serikat memperingatkan invasi dekat Ukraina Timur oleh Rusia.
"Rusia berada dalam posisi untuk dapat melakukan aksi militer besar di Ukraina kapan saja sekarang," kata Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan dilansir dari The New Arab, Sabtu (12/2/2022).
“Yordania meminta warganya untuk meninggalkan Ukraina mengingat perkembangan saat ini,” kata Kementerian Luar Negeri Yordania dalam sebuah pernyataan.
Kedutaan Besar Arab Saudi di Kiev juga mendesak warganya untuk segera menghubungi, untuk memfasilitasi keberangkatan mereka dari negara itu. Kedutaan juga meminta warga Arab Saudi yang ingin melakukan perjalanan ke Ukraina untuk menunda perjalanan mereka, karena kekhawatiran invasi Rusia meningkat.
Bukan hanya Arab Saudi, ke empat negara lainnya juga meminta warganya untuk menunda rencana kunjungan apapun ke Ukraina. Langkah itu dilakukan setelah Amerika Serikat memperingatkan invasi dekat Ukraina timur oleh Rusia.
"Rusia berada dalam posisi untuk dapat melakukan aksi militer besar di Ukraina kapan saja," kata Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat Jake Sullivan.
Amerika Serikat telah memerintahkan warganya termasuk staf kedutaan non-darurat untuk kembali ke rumah.
Ketegangan Rusia dan Ukraina semakin memanas sejak Moskow dituduh tengah mempersiapkan invasi ke negara bekas pecahan Uni Soviet itu dalam waktu dekat.
Sekutu Ukraina seperti Amerika Serikat hingga NATO terus mengirimkan bala bantuan keamanan dan alat tempur guna membantu Kiev mengantisipasi jika Rusia benar-benar bergerak menyerbu.
Untuk diketahui, bahwa Rusia telah berulang kali membantah rencana untuk menyerang Ukraina, padahal mengerahkan lebih dari 100 ribu tentara di perbatasan.
Pada Sabtu (12/2/2022), Rusia mengatakan pihaknya juga mulai menarik beberapa staf kedutaan keluar dari Ukraina, dengan alasan kekhawatiran "kemungkinan provokasi dari rezim Kiev".
Sumber: alaraby