REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Analis pertahanan Connie Rahakundini Bakrie memberi selamat atas keberhasilan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto Djojohadikusumo yang memastikan Indonesia bisa membeli 42 jet Rafale dari Prancis dan 36 F-15ID dari Amerika Serikat (AS). Khusus Rafale, pembelian tersebut diteken langsung melalui nota kesepahaman (MoU) di kantor Kementerian Pertahanan (Kemenhan), Kamis (10/2/2022), dengan disaksikan Prabowo dan Menhan Prancis Florence Parly.
Menurut Connie, Prabowo sangat masif dalam membuat postur pertahanan di Indonesia. Meski begitu, ia mengingatkan, jangan sampai kebijakan Menhan itu membawa dampak negatif bagi Prabowo pribadi, Kementerian Pertahanan (Kemenhan), maupun kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Tanda tangan yang enam ini mengikat 36 berikutnya. Nah, kita mesti ingat, penandatanganan kemarin itu diikuti MoU lainnya, PT PAL dengan Naval Group sudah ditandatangani pembelian dua kapal selam Scorpene, kemudian PT DI dengan Dassault Aviation untuk pesawat Prancis Rafale dan dukungan, dan ada PT Len dengan Thales, kemudian juga ada MoU PT Pindad dengan Nexter," kata Connie dalam diskuti bertajuk 'Butuh Banget Belanja Pesawat Tempur 315 Triliun?' secara daring di Jakarta, Senin (14/2/2022).
Menurut Connie, konsekuensi penandatanganan pembelian Rafale maka MoU lainnya otomatis ikut mengikat. Dia pun mengingatkan, dengan Indonesia membeli Rafale dan F15 maka muncul dua kendala penting.
"Satu, kebijakan politik luar negeri kita harus berubah. Kita sudah tidak bisa Non-Blok, kenapa? Menteri Luar Negeri harus mengumumkan kita sudah menjadi aliansi Amerika Serikat. Karena kalau zaman Bung Karno, dia beli dua itu beli dari dua blok. Beli dari Rusia iya, dari Amerika iya, kita tidak beli apa-apa dari China, kita beli semua dari blok Amerika dan NATO," ujar Connie.
Dengan demikian, kata dia, Indonesia sudah menjadi bagian daripada aliansi AS, termasuk Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Belum lagi, Connie mendengar kabar jika Indonesia dengan negeri Paman Sam sedang melakukan pembicaraan goverment to goverment (G to G) untuk mengakuisisi F-35.
"Ini mimpi saya lama. Dari dulu saya pingin punya F-35, dan Pak Prabowo akan mewujudkan. Tetapi, kalau kita bicara F-35 mungkin Pak Prabowo harus ingat bahwa F-15 itu tidak nyambung dengan F-35. Kalau kita beli F-35 itu harus masuk dari F-16 Viper itu atau F-16 Blok E/F, F-22 tapi kita tidak boleh karena Amerika tak bisa melepas ke negara lain," kata Connie.