Selasa 15 Feb 2022 06:07 WIB

Indra Penciuman Manusia Bisa Memudar, Ini Hasil Penelitiannya

Ada kemungkinan manusia secara perlahan kehilangan fungsi indra penciumannya.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Qommarria Rostanti
Sebuah studi baru memberi petunjuk bahwa ada kemungkinan manusia secara perlahan kehilangan fungsi indra penciumannya. (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com.
Sebuah studi baru memberi petunjuk bahwa ada kemungkinan manusia secara perlahan kehilangan fungsi indra penciumannya. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi baru memberi petunjuk, ada kemungkinan manusia secara perlahan kehilangan fungsi indra penciumannya. Fungsi yang cukup penting tersebut disinyalir memudar secara bertahap seiring waktu akibat perubahan gen.

Studi tersebut digagas peneliti Bingjie Li dari Institut Nutrisi dan Kesehatan Shanghai di China bersama rekan-rekannya. Penelitian yang telah dipublikasikan di PLOS Genetics itu melibatkan 1.000 orang suku Han dari China dan 364 orang lintas etnis dari New York.

Baca Juga

Para peserta diminta mencium 10 aroma, termasuk dua aroma yang sering terendus berbeda bagi setiap orang atau tidak tercium sama sekali. Aroma itu adalah musk sintetis yang disebut Galaxolide dan molekul kunci yang terkait  bau badan dari ketiak manusia.

Temuan studi mendukung hipotesis bahwa indra penciuman manusia mungkin telah menurun seiring waktu karena perubahan gen yang merancang kode reseptor penciuman. Tim peneliti melihat adanya variasi genetik dalam gen penciuman para peserta.

"Membandingkan variabilitas persepsi dengan variabilitas genetik memungkinkan kami mengidentifikasi peran reseptor bau tunggal," tulis Li dan rekannya pada studi, dikutip dari laman Science Alert, Selasa (15/2/2022).

Reseptor penciuman berperan dalam mendeteksi bahan kimia di udara yang masuk ke hidung, tetapi reseptor penciuman sangat bervariasi dari satu orang ke orang lain. Rata-rata setiap dua orang punya perbedaan fungsional di lebih dari 30 persen gen reseptor bau.

Itu menjelaskan,  mengapa beberapa orang mungkin menemukan bau yang menyengat atau menyenangkan dari sumber tertentu, tapi orang lain tidak mendeteksinya. Lewat studi, tim mengidentifikasi dua reseptor bau yang baru, tepatnya mutasi gen yang mengkode reseptor.

Salah satunya mendeteksi Galaxolide sebagai bau ''bersih'' dan manis, lainnya mendeteksi bahan kimia 3M2H, satu dari 120 senyawa yang membangun bau badan manusia. Mutasi gen memengaruhi apakah seseorang menganggap aroma lebih kuat atau kurang intens.

Li dan rekannya memeriksa dua perubahan genetik yang baru ditemukan serta 27 mutasi terkait bau lainnya yang sudah diketahui. Tim kemudian membandingkan usia evolusi mutasi masuk ke dalam genom serta pengaruh perubahan itu terhadap sensitivitas reseptor penciuman.

Hasilnya, individu dengan gen tanpa mutasi cenderung memiliki reseptor yang menilai bau dengan lebih intens, dibandingkan mutasi gen baru yang terlacak. Dengan kata lain, studi menunjukkan kans bahwa fungsi indra penciuman manusia bisa memudar.

"Meskipun penelitian ini tidak dirancang untuk secara langsung membahas hipotesis ini dan mungkin mengalami bias seleksi, data ini mendukung hipotesis bahwa repertoar gen penciuman primata telah merosot dari waktu ke waktu," ujar para peneliti.

Teori memudarnya fungsi indra penciuman telah lama bergulir dan menjadi perdebatan. Peneliti lain berpendapat, fungsi indra penciuman tidak bergantung pada mutasi gen. Perbedaan fungsi indra penciuman bisa saja tergantung pada aromanya serta seberapa sering seseorang terpapar aroma tersebut.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement