Selasa 15 Feb 2022 08:35 WIB

Rusia Diduga Gunakan Tentara Bayaran untuk Serang Ukraina

Serangan Rusia ke Ukraina dapat didahului oleh perang informasi.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
 Sebuah tank Ukraina bergerak selama latihan militer di dekat Kharkiv, Ukraina, Kamis, 10 Februari 2022. Diplomat top Inggris telah mendesak Rusia untuk mengambil jalur diplomasi bahkan ketika ribuan tentara Rusia terlibat dalam manuver menyapu di Belarus sebagai bagian dari militer penumpukan di dekat Ukraina.
Foto: AP/Andrew Marienko
Sebuah tank Ukraina bergerak selama latihan militer di dekat Kharkiv, Ukraina, Kamis, 10 Februari 2022. Diplomat top Inggris telah mendesak Rusia untuk mengambil jalur diplomasi bahkan ketika ribuan tentara Rusia terlibat dalam manuver menyapu di Belarus sebagai bagian dari militer penumpukan di dekat Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Tentara bayaran Rusia yang memiliki hubungan dengan mata-mata Moskow telah meningkatkan kehadiran mereka di Ukraina dalam beberapa pekan terakhir. Hal ini memicu ketakutan di antara beberapa anggota NATO bahwa Rusia dapat mencoba merekayasa dalih untuk invasi.

Seorang sumber keamanan mengatakan, kekhawatiran telah menguat dalam beberapa pekan terakhir bahwa serangan Rusia ke Ukraina dapat didahului oleh perang informasi. Termasuk serangan dunia maya terhadap infrastruktur penting Ukraina seperti jaringan listrik dan gas.

Rusia juga dapat menggunakan tentara bayaran untuk menabur perselisihan dan melumpuhkan Ukraina melalui pembunuhan yang ditargetkan dan penggunaan persenjataan khusus. Amerika Serikat memperingatkan bahwa, Rusia dapat melakukan operasi palsu di dalam Ukraina untuk membenarkan invasi.  

"Kemungkinan tentara bayaran Rusia, di bawah arahan negara Rusia, akan terlibat dalam setiap permusuhan di Ukraina, dan berpotensi menggunakan dalih untuk invasi," kata salah satu sumber keamanan Barat, yang berbicara dengan syarat anonim.

Sumber keamanan Barat mengatakan, tentara bayaran dikerahkan dari perusahaan militer swasta Rusia (PMC) yang memiliki hubungan dekat dengan Federal Security Service (FSB), yang merupakan penerus utama KGB era Soviet, dan badan intelijen militer GRU.

Di antara mereka yang dikerahkan dalam beberapa pekan terakhir adalah mantan perwira GRU yang juga bekerja di kelompok tentara bayaran Wagner.  Mantan perwira itu telah pergi ke Donetsk, salah satu dari dua wilayah di Ukraina timur yang dikendalikan oleh separatis pro-Rusia sejak 2014.

Reuters tidak dapat memastikan tugas apa yang diberikan kepada kepada mantan perwira, yang identitasnya tidak disebutkan itu.  Reuters juga tidak dapat menghubungi Grup Wagner untuk memberikan tanggapan.

Kremlin mengatakan, Rusia tidak memperkuat kehadirannya di wilayah Ukraina dan pasukan Rusia tidak pernah hadir di sana. Kementerian Pertahanan Rusia menolak berkomentar ketika ditanya persoalan tersebut.

Sumber keamanan itu mengatakan, kelompok tentara bayaran Rusia telah memasok senjata, personel operasi khusus yang berpengalaman, dan pelatihan militer untuk milisi pro-Rusia di Ukraina timur. Sumber itu juga mengatakan, beberapa operasi kelompok tentara bayaran Wagner telah ditempatkan di perbatasan Ukraina setelah pelatihan di pangkalan GRU dekat kota Krasnodar, Rusia selatan. Kelompok tentara bayaran Rusia lainnya yang terkait dengan FSB dan GRU juga telah meningkatkan aktivitas mereka di Ukraina sejak awal tahun. Reuters tidak dapat menghubungi kelompok tentara bayaran di Ukraina untuk memberikan komentar.

Amerika Serikat telah menyatakan kekhawatiran bahwa Rusia dapat menggunakan tentara bayaran, pasukan operasi khusus dan teknik perang zona abu-abu lainnya untuk mendelegitimasi Kyiv sebelum invasi. Awal bulan ini, juru bicara Pentagon John Kirby mengatakan, Rusia berusaha mengarang dalih untuk invasi.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan Wagner dan kelompok swasta lainnya tidak mewakili negara Rusia atau dibayar oleh pemerintah. Namun Putin mengatakan, mereka memiliki hak untuk beroperasi asalkan  tidak melanggar hukum Rusia. Tahun lalu, Uni Eropa memberlakukan sanksi terhadap Wagner dan menuduhnya telah memicu kekerasan. Termasuk menjarah sumber daya alam dan mengacaukan negara-negara di seluruh dunia.  

 

Rusia membantah berencana untuk mencaplok bagian lain dari Ukraina. Sementara Putin mengatakan, Barat telah menabur histeria dalam upaya untuk menarik Rusia ke dalam perang dan mengabaikan kekhawatiran Kremlin tentang perluasan NATO setelah Perang Dingin.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement