Selasa 15 Feb 2022 18:32 WIB

Olahraga Paling Aman dan Paling Berbahaya untuk Penderita Osteoarthritis

Tidak semua jenis olahraga baik untuk penderita osteoarthritis.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
Berlari. Bagi penderita osteoarthritis, olahraga lari tidak disarankan.
Foto: Antara/Yusran Uccang
Berlari. Bagi penderita osteoarthritis, olahraga lari tidak disarankan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satu dari lima orang dewasa di atas usia 45 tahun di Inggris mengalami osteoartritis (OA). Ini adalah kondisi yang terjadi ketika tulang rawan di sekitar sendi rusak.

Meskipun tidak ada obat untuk OA, ada sejumlah perawatan yang tersedia untuk membantu meringankan gejala. Dilansir laman Express.co.uk, Selasa (15/2/2022), olahraga adalah salah satu cara terbaik untuk mengatasi OA.

Baca Juga

Olahraga dapat membantu seseorang menurunkan berat badan, membangun otot, dan memperkuat persendian. Hanya saja, tak semua olahraga sepenuhnya bermanfaat karena beberapa di antaranya dapat berdampak negatif pada sendi dan menghambat pemulihan.

Apa saja olahraga yang harus dilakukan dan harus dihindari? Berlari dan melompat tidak dianjurkan. Keduanya dikategorikan sebagai latihan berdampak tinggi karena tekanan yang diberikan pada sendi selama gerakan.

Sebuah studi 2019 menemukan bahwa selama berlari, setiap hentakan tumit memberikan tekanan hingga tiga kali berat badan seseorang pada kaki. Dengan setiap hentakkan, gaya bergerak naik melalui kaki ke tendon, ligamen, sendi, dan tulang di dalamnya yang menyebabkan rasa sakit dan peradangan.

Ini bukan berarti berlari menyebabkan radang sendi atau merusak lutut. Artinya, jika seseorang menderita OA, terutama di lutut, mereka seharusnya tidak berlari.

Sebaliknya, olahraga berdampak rendah, seperti bersepeda dan berenang, lebih aman karena memberikan dampak yang lebih rendah pada persendian. Olahraga lain yang harus dihindari menurut penelitian termasuk bentuk kebugaran yang melibatkan perubahan arah secara tiba-tiba. Alasannya adalah karena olahraga ini mengerahkan kekuatan yang lebih tinggi pada persendian.

Studi tahun 2016 yang diterbitkan dalam American Journal of Sports Medicine menemukan atlet pria yang berpartisipasi dalam olahraga berperforma tinggi berdampak pada peningkatan risiko terkena OA pinggul. Selain menyoroti risiko perubahan arah yang tiba-tiba berulang, temuan tersebut juga menambahkan mereka yang berpartisipasi dalam lari jarak jauh tingkat tinggi tidak memiliki risiko yang jelas meningkat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement