REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan pemanfaatan big data dapat mempercepat pembuatan perkiraan ekonomi dan pengambilan keputusan.
"Data terkait produk domestik bruto (PDB) Indonesia biasanya tertinggal dari situasi aktual, terdapat jarak. Jadi, bisa dipercepat dengan penggunaan big data," kata David dalam webinar G20 "Exploring New Data for Better Policy Making" yang dipantau di Jakarta, Selasa (15/2/2022).
Ia mencontohkan BCA menggunakan data 120 juta transaksi per hari dari 20 juta individu dan 150 ribu pemain bisnis untuk memperkirakan pertumbuhan ekonomi. "Jadi terdapat 300 terabyte data dalam satu kali ekstraksi dan dengan data ini kita bisa melihat transaksi bisnis dan indeks transaksi untuk pengeluaran masyarakat," jelasnya.
Melalui ekstraksi data ini, perekonomian Indonesia tampak mengalami perbaikan dari kondisi saat Covid-19 baru mulai menyebar di Indonesia pada 2019 yang juga sesuai dengan indeks ritel dan rekreasi Google. Namun, ia memperkirakan akan kembali terjadi pelemahan mulai Februari 2022 akibat restriksi kegiatan masyarakat demi memutus penyebaran Covid-19 varian Omicron.
Dengan big data, ia juga mengatakan dapat melihat bagaimana mulai Juli dan Agustus 2021 masyarakat kembali melakukan belanja. Akan tetapi mulai menurun di semester II 2022 kecuali pada November dan Desember 2021 saat belanja masyarakat kembali naik.
Di samping itu, BCA juga bisa melihat tren pertumbuhan perusahaan melalui penggunaan big data dari sekitar 50 ribu perusahaan. Namun menurutnya penggunaan data oleh perbankan belum mencapai titik optimal.
"Di bank misalnya data transaksi baru ujung dari gunung es. Kita masih bisa mengeksplorasi kebiasaan nasabah, profil demografis, gender, dan lainnya, dan mungkin di masa depan kita juga bisa belajar dari mesin, ataupun artificial intelligence," ucapnya.