REPUBLIKA.CO.ID, Oleh; Uttiek M Panji Astuti, Penulis dan Traveller.
Bulan Februari 1502 tak akan pernah terlupakan bagi penduduk Andalusia. Tepatnya mulai 12 Februari 1502, secara resmi Ferdinand dan Isabella membentuk Dewan Inkuisisi yang tugasnya memburu umat Islam.
Mereka memata-matai seluruh penduduk Andalusia, bahkan yang sekadar ketahuan berdoa sambil menengadahkan tangan menghadap ke Timur, akan dibunuh. Mereka yang memakai pakaian terbaik di hari Jumat, dibunuh. Mereka yang ketahuan dikhitan, dibunuh.
Setelah mengalami penyiksaan berkepanjangan, mereka yang sudah tua dan lemah akan dibiarkan hidup, namun harus menyaksikan anak dan cucunya makan babi, minum khamr, hingga meninggal dalam nestapa berkepanjangan.
Bukti adanya alat-alat penyiksaan itu ditemukan oleh pasukan Napoleon ketika menguasai Spanyol. Dalam catatan harian seorang perwira bernama Kolonel J.J. Lehmanowsky, tubuhnya bergetar hebat, bahkan nyaris pingsan, saat menemukan sisa-sisa kengerian itu.
Kini sebagaian alat-alat tersebut masih tersimpan di museum yang bernama Galeria de La Inquisicion, Spanyol.
Salah satu alat penyiksaan itu ada yang dinamai Iron Maiden, yang kemudian digunakan sebagai nama band metal asal Inggris. Alat ini adalah peti berbentuk tubuh manusia, yang di dalamnya terpasang senjata-senjata yang sangat tajam dalam jumlah banyak.
Mereka yang ketahuan Islam akan dimasukkan ke dalam ke peti ini, lalu ditutup sehingga tubuhnya terkoyak seperti daging yang dicincang.
Ada juga yang dinamai The Rack, yang digunakan untuk menghancurkan tulang manusia, dimulai dari tulang kaki, tulang dada, tangan, kepala, hingga sekujur tubuhnya remuk.
Ada lagi The Pillory, The Brank, The Bastinado, dan masih banyak lagi. Fungsinya tidak kalah mengerikan dengan alat-alat tadi. Astaghfirullah…
“Islam yang pernah menerangi Andalusia lebih dari 800 tahun seakan tak berbekas. Kini, jumlah penduduk Muslim di Spanyol dan Portugal tercatat hanya seratusan ribu, lebih sedikit dari jumlah Muslim di kota Dallas, Amerika, yang tidak pernah dikuasai daulah Islam,” jelas Uttiek M Panji Astuti, Islamic travel writer, penulis buku Journey to Andalusia, dalam acara Silaturrahim Online Dunia yang diselenggarakan oleh Komunitas Pejuang Subuh Masjid Raya Pondok Indah, Ahad (13/2).
“Jumlah Muslim di Spanyol saat ini memang sedikit sekali. Itu pun sebagian besar adalah imigran dari berbagai negara, seperti Maroko, Pakistan, atau Aljazair,” tegas Moch. Iqbal, Lc., M.A. Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Spanyol, yang tengah menempuh studi S3 di Universidad Autonoma de Madrid, Jurusan Studi Arab dan Islam, yang pagi itu live dari Madrid.
Lalu, bagaimana kondisi umat Islam di Spanyol hari ini? Tak seperti nenek moyangnya yang harus mengalami aniaya dan hanya diberikan tiga pilihan: Dibunuh, dimurtadkan atau diusir ke wilayah Afrika Utara, “Muslim di Spanyol hari ini dilindungi negara. Sehari-hari melihat muslimah yang memakai jilbab di tempat umum sudah biasa. Ada beberapa area yang menjadi tempat pendatang muslim. Banyak yang membuka toko dan restoran di tempat itu,” lanjutnya.
Apa yang terjadi di Andalusia adalah sebuah fragmen lengkap. Bagaimana Islam pernah menerangi wilayah yang sekarang bernama Spanyol, Portugis dan sebagian Prancis selama 800 tahun, kini nyaris tak ada bekasnya. Padahal tanpa Islam di Andalusia, Eropa tak akan seperti yang terlihat hari ini.
Jakarta, 15/2/2022