Rabu 16 Feb 2022 01:52 WIB

Ritual Berujung Maut di Pantai Payangan Jember

Sebanyak 11 orang meninggal terseret ombak saat ritual di Pantai Payangan.

Tim SAR gabungan melakukan pencarian korban terseret arus di Pantai Payangan, Desa Sumberejo, Ambulu, Jember, Jawa Timur, Ahad (13/2/2022). Sebanyak 24 orang dari Kelompok Tunggal Jati Nusantara terseret arus Pantai Payangan mengakibatkan sepuluh orang meninggal dunia, satu orang dalam pencarian dan 13 orang selamat.
Foto: ANTARA/Wahyu
Tim SAR gabungan melakukan pencarian korban terseret arus di Pantai Payangan, Desa Sumberejo, Ambulu, Jember, Jawa Timur, Ahad (13/2/2022). Sebanyak 24 orang dari Kelompok Tunggal Jati Nusantara terseret arus Pantai Payangan mengakibatkan sepuluh orang meninggal dunia, satu orang dalam pencarian dan 13 orang selamat.

REPUBLIKA.CO.ID, JEMBER -- Pantai Payangan di Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember, Jawa Timur memang menjadi salah satu objek wisata yang sering dikunjungi masyarakat. Pantai Payangan namun tidak hanya berfungsi sebagai kawasan wisata, bagi sebagian orang pantai di laut selatan tersebut juga menjadi pilihan lokasi untuk melakukan ritual.

Salah satunya, kelompok di Padepokan Tunggal Jati Nusantara yang dipimpin oleh Nur Hasan, warga Desa Dukuhmencek, Kecamatan Sukorambi. Ia membawa rombongan dengan menggunakan dua kendaraan menuju Pantai Payangan untuk melakukan kegiatan ritual pada Ahad (13/2/2022).

Baca Juga

Ada 24 orang, termasuk sopir mobil Isuzu Elf dengan Nopol DK-7526-VF yang membawa belasan penumpang menuju pantai laut selatan di Kecamatan Ambulu tersebut. Kegiatan ritual diawali dengan tabur bunga, kemudian bergandengan tangan dan bersama-sama berendam di laut sebagai simbol menyucikan diri.

Nahas saat kegiatan ritual berlangsung satu jam, pengikut kelompok Tunggal Jati Nusantara dihantam ombak besar hingga terseret. Kapolsek Ambulu AKP Ma'ruf mengatakan dari 24 orang tersebut tidak semuanya mengikuti ritual di sekitar tebing Pantai Payangan karena ada empat orang yang berada di atas, di antaranya sopir dan seorang balita.

Juru Kunci Gunung Samboja yang berada sebelah utara Pantai Payangan, Sladin, sudah mengingatkan rombongan Padepokan Tunggal Jati Nusantara tersebut, agar tidak terlalu dekat ke pantai karena ombak besar. Namun, mereka tetap melakukan ritual di dekat tebing pantai laut selatan Jember itu.

Ombak besar datang tiba-tiba menyeret 20 orang yang melakukan ritual di sekitar tebing Pantai Payangan hingga sebagian orang dinyatakan hilang. Ada yang meninggal dan selamat. Sebanyak sembilan korban awalnya dinyatakan hilang terseret ombak laut selatan, sedangkan sisanya ditemukan selamat dan meninggal dunia.

Tim SAR gabungan melakukan pencarian dengan menggunakan perahu dan menyisir di daratan. Korban selamat langsung dilarikan ke Puskesmas Ambulu, kemudian satu per satu korban hilang ditemukan dalam kondisi meninggal dunia terjepit di tebing dan mengambang di tepi laut. Korban yang meninggal dunia 11 orang dan korban selamat 13 orang dari total anggota rombongan 24 orang.

Tragedi ritual yang berujung maut tersebut ternyata tidak hanya dilakukan sekali. Sudah berkali-kali anggota Padepokan Tunggal Jati Nusantara menggelar kegiatan yang sama di Pantai Payangan.

Ibu korban, Dewi Solehah, mengatakan anaknya Sofiana Nazila (22), sudah empat tahun ikut Padepokan Tunggal Jati Nusantara dan sering mengikuti kegiatan ritual di Pantai Payangan. "Anak saya ikut pedepokan itu untuk mencari ketenangan dan hidup lebih baik. Alhamdulillah setelah ikut kegiatan Pak Nur Hasan, anak saya yang awalnya selalu membantah, kini sudah menurut dan perilakunya baik," katanya.

Sofiana merupakan salah satu korban yang ditemukan meninggal dunia karena terseret ombak laut selatan saat mengikuti ritual Padepokan Tunggal Jati Nusantara di Pantai Payangan.Ia mengatakan anaknya sering melantunkan selawat saat mengikuti kegiatan di pedepokan itu, namun untuk bacaan dan doa lainnya mengaku tidak tahu apakah bertentangan dengan ajaran agama Islam atau tidak.

Banyaknya korban meninggal saat kegiatan ritual di Pantai Payangan telah diselidiki oleh aparat kepolisian. Bahkan, polisi menelusuri latar belakang kegiatan yang menewaskan 11 orang itu dengan memeriksa sejumlah saksi korban yang selamat.

Kapolres Jember AKBP Hery Purnomo mengatakan belasan saksi sudah dimintai keterangan dalam kasus ritual yang menewaskan 11 orang tersebut. Hingga saat ini, tahapan masih penyelidikan dan belum ditingkatkan statusnya ke penyidikan.

Mereka yang diperiksa merupakan 13 korban yang selamat, warga yang mengetahui kejadian saat kegiatan ritual, dan petugas yang menyelamatkan korban saat peristiwa itu. Terkait apakah ada unsur pidana Pasal 359 KUHP tentang kelalaian yang menyebabkan hilangnya nyawa orang, penyidik Polres Jember masih melakukan klarifikasi terhadap saksi-saksi dan akan ditentukan dalam proses gelar perkara.

Saat ini, lanjut dia, masih tahap penyelidikan dan apabila nanti terpenuhi unsur pidana, maka statusnya akan ditingkatkan menjadi penyidikan kasus ritual di Pantai Payangan Jember. Ketua Padepokan Tunggal Jati Nusantara Nur Hasan yang baru keluar dari Rumah Sakit Daerah (RSD) dr Soebandi Jember pada Selasa (15/2/2022) siang langsung dijemput aparat kepolisian untuk dimintai keterangan di Mapolres Jember.

photo
Tim SAR gabungan melakukan pencarian korban terseret arus di Pantai Payangan, Desa Sumberejo, Ambulu, Jember, Jawa Timur, Ahad (13/2/2022). Sebanyak 24 orang dari Kelompok Tunggal Jati Nusantara terseret arus Pantai Payangan mengakibatkan sepuluh orang meninggal dunia, satu orang dalam pencarian dan 13 orang selamat. - (ANTARA/Wahyu)

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement