REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Secara umum, anak-anak yang terserang Covid-19 menunjukkan gejala ringan. Akan tetapi, studi terbaru mengungkap ada anak di rentang usia tertentu yang lebih berisiko mengidap kasus parah dan dirawat di rumah sakit.
Hasil studi telah diterbitkan dalam Journal of American Medical Association pada Selasa (8/2). Tim meninjau kondisi ribuan anak dari segala usia, ras, dan ukuran tubuh yang positif Covid-19 pada Maret-September 2020.
Studi berfokus pada pasien rawat inap dan yang membutuhkan perawatan intensif. Sebanyak 69 layanan perawatan kesehatan berpartisipasi dalam penelitian tersebut, termasuk Kampus Medis Universitas Colorado Anschutz.
Riset merupakan bagian dari National Covid-19 Cohort Collaborative (N3C), yang mengumpulkan dan menyumbangkan data klinis. Tim peneliti mencoba mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang dampak Covid-19 pada anak.
Data klinis tersebut menyediakan data kondisi hampir 1,1 juta anak. Sebanyak 167 ribu anak di antaranya dinyatakan positif Covid-19 dan lebih dari 10 ribu memerlukan rawat inap. Angka kematian sebesar 0,08 persen.
Kelompok paling berisiko mengidap kasus parah Covid-19 adalah anak laki-laki, remaja lelaki di atas 12 tahun, anak dari etnis Afrika-Amerika, anak yang mengalami obesitas, dan anak dengan kondisi medis kronis.
"Kami tidak memprediksi sebelumnya bahwa anak-anak ini yang akan mengembangkan penyakit parah dan berisiko lebih tinggi mengalami dampaknya," ujar asisten profesor di Pediatrics Critical Care Medicine, Blake Martin.
Studi turut mengungkap lebih banyak tentang sindrom inflamasi multisistem (MIS-C). Sindrom itu adalah komplikasi jarang dari Covid-19, namun jika terjadi amat serius dan berbahaya bagi anak.
Dari 10 ribu anak yang dirawat di rumah sakit, sekitar 700 mengembangkan sindrom tersebut dan kasusnya cenderung lebih parah. Martin mengatakan 16 persen dari mereka butuh ventilator dan satu dari empat membutuhkan obat-obatan.
Berdasarkan hasil studi, anak laki-laki 60 persen lebih mungkin mengembangkan MIS-C. Anak Afrika-Amerika berisiko 44 persen lebih tinggi, anak lelaki 12 tahun atau kurang berisiko 81 persen lebih mungkin, dan anak obesitas memiliki risiko 76 persen lebih tinggi.
Martin belum bisa menjelaskan mengapa anak dari etnis Afrika-Amerika berisiko tinggi mengalami kasus parah Covid-19 dan MIS-C. Butuh lebih banyak penelitian, tetapi secara umum hal itu bisa dipengaruhi banyak faktor.
"Entah itu faktor genetik, lingkungan, atau sosial ekonomi. Sejujurnya kami tidak tahu dan kami berharap penelitian kami dapat memantik peneliti lain membantu mencari tahu mengapa kelompok anak-anak ini tampaknya lebih terpengaruh daripada yang lain," tuturnya.
Martin mengatakan penelitiannya terus berlanjut, yakni menerapkan informasi yang telah didapat ke dalam praktik. Dia berharap alat elektronik akan segera dikembangkan untuk memperingatkan dokter tentang anak-anak berisiko tinggi, dikutip dari laman KDVR, Rabun(16/2/2022).