REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rumah yang rusak akibat gerakan tanah yang terjadi di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah terus bertambah. Fenomena ini sudah berlangsung sejak Jumat (11/2/2022), pekan lalu.
"Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tegal mencatat lebih dari 400 rumah rusak dengan kategori ringan hingga berat," kata Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Rabu (16/2/2022).
Perkembangan data mutakhir pada Senin (15/2), pukul 19.00 WIB, total rumah rusak mencapai 448 unit. Muhari memperinci,rumah rusak berat sebanyak 174 unit, rusak sedang 189 unit, dan rusak ringan 85 unit.
Dampak gerakan tanah terjadi di dua desa, yaitu Desa Dermasuci di Kecamatan Pangkah dan Desa Padasari di Kecamatan Jatinegara. Kerusakan rumah warga ini memicu 569 orang mengungsi ke fasilitas pendidikan, tenda keluarga maupun warga sekitar.
Muhari mengeklaim BPBD bersama dengan dinas terkait, TNI, Polri, PMI, organisasi non-pemerintah dan relawan membantu dan memberikan pelayanan kepada warga yang mengungsi. Dapur umum dioperasikan untuk penyiapan makanan dan minum warga.
Di samping itu, BPBD dan dinas-dinas terkait menyiapkan mandi cuci kakus (MCK) portabel dan mobil tangki air di sektor sanitasi. "Gerakan tanah ini juga mengakibatkan kerugian material lainnya berupa fasilitas pendidikan rusak ringan dua unit, rusak berat satu unit, pondok pesantren rusak berat satu unit, kantor desa rusak ringan satu unit, dan tempat ibadah rusak ringan tiga unit," ujarnya.
Laporan awal yang diterima Pusdalops BNPB menyebutkan gerakan tanah ini dipicu oleh hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi pada Jumat, lalu. Hujan ini berdurasi panjang dari Jumat hingga Sabtu dini hari (12/2), pukul 01.00 WIB. Fenomena ini teramati pertama kali terjadi di Desa Dermasuci.
Ia menyebutkan, wilayah yang terdampak gerakan tanah, Kecamatan Pangkah dan Jatinegara, memang terhitung berpotensi terjadi fenomena tersebut. Berdasarkan kajian wilayah dengan potensi gerakan tanah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi pada Februari 2022, dua wilayah itu berada pada kategori menengah hingga tinggi.
"BNPB mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat untuk tetap waspada dan siap siaga dalam menghadapi bahaya gerakan tanah di saat puncak musim hujan," ujarnya.
Ia menambahkan, kondisi tanah yang labil juga dapat memicu terjadinya gerakan tanah atau tanah longsor. Warga dapat melakukan pengecekan kondisi lingkungan sekitar untuk mengetahui potensi bahaya tersebut sejak dini.