Rabu 16 Feb 2022 10:13 WIB

Ferdinand Marcos Ingin Filipina Punya Kehadiran Militer di LCS

Kehadiran militer Filipina di LCS untuk mempertahankan yang dianggap teritorialnya

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Militer di Laut China Selatan
Foto: Petty Officer 1st Class Arthurgwain L. Marque
Militer di Laut China Selatan

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA – Kandidat presiden Filipina Ferdinand Marcos mengatakan, dia ingin negaranya memiliki kehadiran militer di Laut China Selatan (LCS). Filipina diketahui merupakan salah satu negara yang terlibat sengketa klaim dengan China atas wilayah perairan strategis tersebut.

Dalam debat kampanye pertama yang hanya dihadiri empat dari 10 kandidat presiden, Marcos melontarkan gagasan tentang mengerahkan kapal angkatan laut atau kapal penjaga pantai ke LCS. Hal itu agar para nelayan Filipina bisa menangkap ikan dengan bebas.

“Alasan mengapa saya berbicara tentang menempatkan kehadiran militer di sana adalah agar pemerintah hadir di sana untuk menunjukkan kepada China bahwa kami mempertahankan apa yang kami anggap perairan teritorial kami,” kata Marcos.

Kendati demikian, Marcos menegaskan, dia tidak akan memprioritaskan resolusi militer untuk menyelesaikan sengketa atas LCS. Ia bakal tetap melanjutkan “pendekatan yang tepat” guna mengejar kebijakan keterlibatan dengan Negeri Tirai Bambu.

Marcos merupakan putra dari mendiang otokrat Ferdinand Marcos. Sementara ini, Marcos memimpin dalam jajak pendapat menjelang pilpres pada 9 Mei mendatang. Dia tampaknya siap melakukan pencitraan ulang terhadap nama keluarganya setelah revolusi rakyat mengakhiri kediktatoran ayahnya pada 1986.

Pada November tahun lalu, Filipina sempat terlibat ketegangan dengan Cina di LCS. Kala itu, dua kapal pemasok makanan untuk tentara Filipina, ditembak menggunakan meriam air oleh tiga kapal penjaga pantai Cina di wilayah Ren’ai Jiao di LCS. Filipina menyebut wilayah itu dengan nama Kulumpol ng Ayungin, yang merupakan atol di Kepulauan Spartly di LCS.

Menurut Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin Jr, tidak ada yang terluka dalam insiden tersebut. Namun dua kapal pemasok makanan untuk tentara negaranya itu akhirnya membatalkan misinya.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Zhao Lijian menyebut, penembakan terhadap dua kapal Filipina itu sudah tepat. “Dua kapal Filipina melewati perairan dekat Ren’ai Jiao di wilayah Cina tanpa izin, lalu kapal penjaga pantai Cina menjalankan tugasnya sesuai dengan hukum untuk menjaga kedaulatan Cina serta tata tertib di lautan,” ujarnya pada 18 November tahun lalu

Dia mengklaim situasi di dekat Ren’ai Jiao tetap damai. “Cina dan Filipina sedang menegosiasikan masalah tersebut,” kata Zhao.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement