REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut berencana membangun tempat evakuasi sementara atau shelter di wilayah selatan Kabupaten Garut. Pembangunan shelter itu bertujuan sebagai tempat penampungan sementara apabila terjadi kejadian bencana di wilayah selatan Kabupaten Garut.
Bupati Garut, Rudy Gunawan, mengatakan, pembangunan shelter itu direncanakan dilakukan pada tahun ini. Menurut dia, shelter nantinya akan dijadikan sebagai tempat penampungan sementara bagi warga terdampak apabila terjadi bencana.
“Tahun ini kami bangun shelter dengan anggaran Rp 3 miliar. Jadi nanti kalau terjadi bencana itu orang itu masuk ke shelter dulu, setelah itu kalau memang harus direlokasi maka direlokasi gitu. Kami tidak pernah punya shelter,” kata dia, melalui keterangan resmi, Selasa (15/2/2022).
Rudy menyebutkan, nantinya bangunan selter tersebut yang merupakan tempat penampungan sementara ini akan memiliki fasilitas yang cukup lengkap. Apabila sedang tidak digunakan, shelter itu dapat dimanfaatkan oleh pihak desa sebagai sarana olahraga bagi masyarakat.
“Tahun ini dibangun, tahun depan selesai. Kami tahun depan ingin itu punya empat shelter, termasuk di daerah perkotaan,” ujar dia.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, Satria Budi, mengatakan, sementara shelter bencana itu direncanakan dibangun di dua lokasi, yaitu Kecamatan Cibalong dan Cikelet. Dua lokasi itu dipilih lantaran memiliki potensi terdampak kejadian bencana tsunami.
"Itu disiapkan untuk mengantisipasi kejadian bencana, khususnya tsunami. Apalagi potensi tsunami itu ada di Kabupaten Garut," kata dia saat dikonfirmasi Republika.co.id, Rabu (16/1/2022).
Dengan adanya shelter itu, ketika terjadi bencana alam, masyarakat dapat melakukan evakuasi ke shelter itu. Namun, apabila tidak ada kejadian bencana, tempat itu bisa digunakan untuk tempat olahraga masyarakat sekitar.
Ia menjelaskan, lokasi pembangunan shelter itu berada tak terlalu jauh dari wilayah pantai. Namun, posisinya berada di dataran tinggi, sehingga apabila terjadi tsunami tidak akan terdampak.
"Sama seperti di Pangandaran, tapi ini tidak di pinggir pantai persis. Di sini agak jauh, tapi dari sana masih terlihat pantai. Itu dilokasi aman, sudab melalui rekomendasi PVMBG dan BMKG," ujar dia.
Menurut Budi, saat ini progres pembangunan shelter baru sekadar pengadaan tanah. Ia menyebutkan, sumber dana untuk pengadaan tanah itu berasal dari APBD Pemkab Garut. Selanjutnya, pihaknya akan menyusun detail engineering design (DED). Rencananya, masing-masing shelter itu dapat menampung 750-1.000 orang.
"Kalau untuk tanah mah sudah selesai. Kami tahun ini masih merancang DED. Setelah itu selesai, baru 2023 itu diajukan untuk pembangunan fisiknya," kata dia.
Budi mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan asal anggaran untuk pembangunan fisik shelter itu. Sebab, saat ini pihaknya masih menyusun DED.
"Mudah-mudahan selesai 2023. Pas bangunan jadi, saya mah maunya itu digunakan untuk tempat olahraga atau hajatan. Mudah-mudahan mah tidak ada bencana," kata dia.