REPUBLIKA.CO.ID, KABUL – Pemerintahan Taliban berencana membentuk pasukan baru untuk Afghanistan. Mereka hendak merekrut 150 ribu orang untuk dijadikan prajurit demi kepentingan pertahanan.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Nasional di Pemerintahan Taliban, Enayatullah Kharazmi, mengungkapkan, selain merekrut prajurit baru, pihaknya pun bakal mempekerjakan personel militer berpengalaman. “Kementerian Pertahanan Nasional berencana merekrut perwira militer yang berpengalaman di pasukan baru,” katanya saat diwawancara Bakhtar News Agency, Selasa (15/2).
Menurut Kharazmi, pasukan pertahanan nasional yang baru juga akan memiliki seragam khusus. Saat ini proses produksi seragam tengah dilakukan. Mengenai peralatan militer yang dibawa ke luar negeri selama jatuhnya pemerintahan sebelumnya, Kharazmi mengatakan, saat ini pihaknya sedang menjalin dialog dengan sejumlah negara.
Dia berharap negara-negara terkait dapat menyuplai peralatan militer yang diperlukan. Pasukan pertahanan Afghanistan pada pemerintahan sebelumnya diperkirakan berjumlah 352 ribu personel. Sebanyak 190 ribu di antaranya merupakan tentara.
Taliban berhasil merebut kembali kekuasaan di Afghanistan pada pertengahan Agustus tahun lalu. Kendati demikian, hingga kini belum ada satu pun negara yang mengakui pemerintahannya. Awal bulan ini Taliban mengklaim pemerintahannya di Afghanistan semakin dekat untuk memperoleh pengakuan internasional.
“Dalam proses mendapatkan pengakuan, kami semakin dekat dengan tujuan itu. Itu adalah hak kami, hak rakyat Afghanistan. Kami akan melanjutkan upaya politik kami sampai kami mendapatkan hak kami,” kata Menteri Luar Negeri Taliban Amir Khan Mutaqqi pada 2 Februari lalu.
Dia mengungkapkan, pemerintahan Taliban secara aktif terlibat dengan komunitas internasional. “Masyarakat internasional ingin berinteraksi dengan kami. Kami memiliki pencapaian yang bagus dalam hal itu,” ucapnya.
Mutaqqi mengatakan, beberapa negara masih mengoperasikan kedutaan besarnya di Kabul. Dia berharap akan lebih banyak negara membuka lagi kedutaannya di Afghanistan. “Kami berharap kedutaan beberapa negara Eropa dan Arab juga akan dibuka,” ujarnya.