Rabu 16 Feb 2022 21:46 WIB

Djokovic Siap Absen di Grand Slam Jika Vaksin Diwajibkan

Djokovic menyatakan kebebasan memilih tak divaksin lebih penting dari gelar apa pun.

Novak Djokovic berjalan ke tempat duduknya di pesawat ke Beograd, di Dubai, Uni Emirat Arab, Senin, 17 Januari 2022. Djokovic dideportasi dari Australia pada hari  Ahad (16/1/2022) setelah kehilangan tawaran untuk tinggal di negara itu untuk mempertahankan gelar Australia Terbuka meskipun tidak divaksinasi Covid-19.
Foto: AP/Darko Bandic
Novak Djokovic berjalan ke tempat duduknya di pesawat ke Beograd, di Dubai, Uni Emirat Arab, Senin, 17 Januari 2022. Djokovic dideportasi dari Australia pada hari Ahad (16/1/2022) setelah kehilangan tawaran untuk tinggal di negara itu untuk mempertahankan gelar Australia Terbuka meskipun tidak divaksinasi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Novak Djokovic menyatakan siap untuk melewatkan French Open dan Wimbledon jika vaksinasi Covid-19 menjadi syarat wajib untuk mengikuti Grand Slam, meski ia tidak menentang vaksinasi. Djokovic, yang tidak divaksinasi itu, dilarang bertanding di Australian Open tahun ini, membuat petenis berusia 34 tahun itu kehilangan kesempatan untuk menjadi petenis putra tersukses sepanjang masa dengan 21 gelar Grand Slam.

Petenis nomor satu dunia itu malah dideportasi dari Australia setelah drama 11 hari yang melibatkan dua pembatalan visa, dua banding pengadilan, dan lima malam dalam dua kali penahanan di hotel detensi imigrasi tempat para pencari suaka ditahan.

Baca Juga

"Saya memahami konsekuensi dari keputusan saya," kata Djokovic dikutip dari Reuters, Rabu (16/2/2022).

Ia menambahkan, siap untuk tidak melakukan perjalanan ke Australia karena statusnya yang belum divaksinasi. "Saya mengerti bahwa tidak divaksinasi hari ini, saya tidak dapat melakukan perjalanan ke sebagian besar turnamen saat ini. Ya, itulah harga yang bersedia saya bayar."

Djokovic berharap dapat berkompetisi selama bertahun-tahun lagi tetapi dia menambahkan bahwa kebebasan untuk memilih apa yang ingin dia masukkan ke dalam tubuhnya lebih penting baginya daripada gelar apa pun.

Namun, petenis Serbia itu menjauhkan diri dari gerakan anti-vaksinasi dan mengatakan bahwa dia tetap berpikiran terbuka untuk menerima suntikan. "Saya tidak pernah menentang vaksinasi," kata Djokovic.

Ia mengaku melakukan vaksinasi saat masih anak-anak. "Tapi saya selalu mendukung kebebasan untuk memilih apa yang Anda masukkan ke dalam tubuh Anda."

Djokovic mengerti bahwa secara global, semua orang berusaha keras untuk menangani Covid-19 dan berharap pandemi segera berakhir.

Djokovic, yang memenangi Wimbledon dan French Open tahun lalu, akan kembali beraksi di turnamen ATP di Dubai pekan depan untuk pertama kalinya sejak dia dideportasi dari Melbourne menjelang Australian Open. Kemenangan berikutnya di Melbourne Park, di mana Djokovic telah memenangi sembilan gelar, secara statistik akan menjadikannya petenis putra paling sukses, tetapi saingan lamanya Rafa Nadal yang berhasil mengangkat trofi bulan lalu.

Djokovic memicu kemarahan yang meluas di Australia ketika dia diberi pengecualian medis dari kewajiban vaksinasi Covid-19 untuk berkompetisi di Melbourne Park dengan alasan bahwa dia baru-baru ini tertular virus tersebut. Namun, dia ditahan oleh otoritas imigrasi pada saat kedatangan, dibebaskan oleh perintah pengadilan, dan kemudian ditahan lagi sebelum akhirnya dideportasi.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement