REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Edy Priyono mengakui masih terjadi kekosongan stok minyak goreng di banyak minimarket. Hal itu, kata dia, disebabkan karena banyak masyarakat yang membeli secara berlebihan.
Karena itu, ia mengimbau masyarakat tak membeli minyak goreng secara berlebihan sehingga tidak memperburuk kondisi saat ini.
“Untuk konsumen, kita berharap tidak melakukan pembelian secara berlebihan, karena itu hanya akan membuat situasi menjadi lebih buruk. Beli seperlunya saja,” kata Edy, dikutip pada Kamis (17/2/2022).
Edy mengatakan, pemerintah juga terus bekerja sama dengan produsen untuk menjamin ketersediaan minyak goreng di pasaran. Menurut dia, pemerintah telah mengambil kebijakan dari hulu hingga hilir untuk mengatasi masalah kelangkaan dan tingginya harga minyak goreng.
Pemerintah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) untuk minyak goreng curah yang sebesar Rp 11.500 per liter, kemasan sederhana Rp 13.500, dan untuk kemasan premium Rp 14 ribu per liter.
“Kebijakan tersebut sudah mulai terlihat efektivitasnya, meskipun belum optimal seperti yang diharapkan. Hasil pantauan KSP menunjukkan bahwa jaringan ritel modern sudah mengikuti ketentuan pemerintah dengan menjual minyak goreng sesuai HET,” ujarnya.
Edy mengatakan, secara nasional, rata-rata harga minyak goreng juga telah mengalami penurunan, meskipun masih di level harga yang lebih tinggi daripada HET. Ia pun menyampaikan, sesuai arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), pemerintah berkomitmen menjaga stabilitas harga minyak goreng di level harga yang terjangkau.
“KSP terus melakukan monitoring terhadap perkembangan harga dan ketersediaan minyak goreng di lapangan, termasuk di dalamnya mengevaluasi efektivitas kebijakan yang diambil, khususnya oleh Kementerian Perdagangan,” kata Edy.
Baca:
676 Siswa dan Guru Kota Bogor Terpapar Covid-19
Nama Anggota KPU-Bawaslu Pilihan Partai Beredar
Bus Antarmoda Disediakan di Luar Sirkuit Mandalika Selama MotoGP