Kamis 17 Feb 2022 11:50 WIB

Jepang akan Longgarkan Pembatasan Covid-19 Bagi Pendatang Internasional

Jepang menaikkan kuota kedatangan dan memperpendek karantina pendatang internasional

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Bandara Internasional Haneda di Tokyo, Jepang, ilustrasi. Jepang pada Kamis (17/2/2022) akan melonggarkan pembatasan yang diberlakukan untuk melawan penyebaran virus corona.
Foto: EPA-EFE/FRANCK ROBICHON
Bandara Internasional Haneda di Tokyo, Jepang, ilustrasi. Jepang pada Kamis (17/2/2022) akan melonggarkan pembatasan yang diberlakukan untuk melawan penyebaran virus corona.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Jepang pada Kamis (17/2/2022) akan melonggarkan pembatasan yang diberlakukan untuk melawan penyebaran virus corona. Jepang merupakan salah satu negara yang telah memberlakukan tindakan karantina paling ketat.

Sekitar 150 ribu mahasiswa asing telah tertahan di luar Jepang, bersama dengan pekerja yang sangat dibutuhkan akibat penutupan perbatasan internasional. Hal itu memicu peringatan terhadap kekurangan tenaga kerja dan merusak reputasi internasional Jepang. 

Baca Juga

Dengan pelonggaran pembatasan tersebut, pemerintah akan meningkatkan jumlah orang yang diizinkan memasuki Jepang dari 3.500 menjadi 5.000 per hari. Selain itu, Jepang akan memperpendek periode karantina dari tujuh hari menjadi tiga hari dalam keadaan tertentu, seperti tingkat risiko virus corona di negara asal para pendatang, dan apakah mereka telah divaksinasi sepenuhnya, termasuk suntikan booster.

Jepang menetapkan 82 negara sebagai "berisiko tinggi" dan mengharuskan orang-orang dari negara tersebut menjalani karantina wajib selama tiga atau enam hari di hotel. Perdana Menteri Fumio Kishida diperkirakan akan mengumumkan pelonggaran ini secara resmi pada Kamis. Aturan pelonggaran itu akan berlaku secara bertahap mulai Maret.

Sebelumnya pada akhir 2021 Jepang telah melonggarkan aturan perbatasannya. Tetapi Jepang kembali memperketat penutupan perbatasan ketika muncul varian omicron. Penutupan perbatasan itu mendapat respons positif dari publik.

Namun, lambat laun varian omicron mulai menyebar luas di Jepang. Sehingga, para pebisnis dan politisi telah memperingatkan bahwa pembatasan tersebut sudah tidak berlaku lagi.

Analis politik Atsuo Ito mengatakan, tindakan Kishida untuk melonggarkan pembatasan akan berpengaruh pada pemilihan yang penting pada Juli mendatang. Menurut Ito, jika kebijakan pembatasan tidak diubah maka dalam jangka panjang Jepang akan tertinggal dari negara-negara lain di dunia.

"Jika Anda melihat situasi keseluruhan sekarang, itu tidak ada artinya. Anda bisa mendapatkan virus di mana saja. Tetapi sebagai hasil dari memilikinya, dia mendapat banyak dukungan publik," kata Ito. 

Baca:

676 Siswa dan Guru Kota Bogor Terpapar Covid-19

Nama Anggota KPU-Bawaslu Pilihan Partai Beredar

Bus Antarmoda Disediakan di Luar Sirkuit Mandalika Selama MotoGP

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement