REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Wakil Presiden AS Kamala Harris dikabarkan melakukan perjalanan ke Munich, Kamis (17/2/2022) yang diklaim sebagai upaya konsultasi krisis Rusia-Ukraina. Dalam perjalanan tersebut, Harris diklaim akan memimpin delegasi AS di Konferensi Keamanan Munich dan bertemu dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg dan para pemimpin Latvia, Lithuania, serta Estonia.
“Wakil presiden akan menggarisbawahi bagaimana persatuan itu adalah sumber kekuatan yang akan memungkinkan kami untuk merespons dengan cepat dan keras terhadap setiap agresi Rusia,” kata seorang pejabat senior pemerintah AS dikutip VOA, Rabu (16/2/2022).
Dikatakan, pada Sabtu (19/2/2022) nanti, Harris juga akan memberikan pidato di depan para pemimpin Barat dan Anggota NATO soal diplomatik, militer dan ekonomi. Menurut sumber Gedung Putih, pidatonya juga akan berfokus untuk meyakinkan para sekutu dan mitra tentang komitmen AS dalam memperkuat NATO.
“Termasuk, memperkuat sekutu kami dalam menghadapi agresi Rusia. Dan dia (Harris) akan berbicara tentang bagaimana invasi lebih lanjut ke Ukraina, kami percaya upaya kita akan membuat Rusia lebih lemah dan tidak lebih kuat,” jelas sumber itu.
Namun demikian, secara umum para pejabat AS menyatakan jika tujuan perjalanan itu untuk memastikan para sekutu di Eropa dan NATO sepenuhnya selaras soal agresi Rusia. “Preferensi kami adalah diplomasi dan pencegahan, tetapi jika Rusia memilih agresi, kami siap,” kata seorang pejabat pemerintah AS lainnya.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Rusia mengumumkan pada Selasa (15/2/2022) lalu, sejumlah tentara di distrik militer Rusia yang berdekatan dengan Ukraina telah kembali ke pangkalan seusai menyelesaikan latihan. Banyak pihak memandang jika tindakan ini, dapat mengurangi gesekan yang memanas antara Moskow dan Barat.
Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, latihan skala besar di seluruh negeri masih tetap berlanjut. Meskipun, beberapa unit distrik militer selatan dan barat telah menyelesaikan latihan dan mulai kembali ke pangkalan.
Diketahui, Moskow selalu membantah pernah berencana untuk menyerang Kiev. Alih-alih menyerang, Rusia, meminta agar Ukraina tidak diizinkan untuk bergabung dengan blok militer NATO. Aral melintang, Washington dan Brussel sejauh ini menolak untuk membuat janji semacam itu.
Baca juga : Ukraina Desak Dewan Keamanan Bahas Dorongan Rusia Akui Separatis