Jumat 18 Feb 2022 03:17 WIB

Ukraina Bantah Serang Kelompok Separatis

Ukraina justru sebut kelompok separatis yang didukung Rusia yang menyerang

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Esthi Maharani
Seorang tentara Ukraina melihat dari posisinya di dekat garis depan dengan separatis yang didukung Rusia
Foto: AP/Evgeniy Maloletka
Seorang tentara Ukraina melihat dari posisinya di dekat garis depan dengan separatis yang didukung Rusia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kelompok separatis mengklaim, angkatan bersenjata Ukraina telah menembakkan mortir di dalam wilayah mereka di timur negara itu. Namun demikian, Kyiv membantah keras laporan tersebut, seraya mengatakan, kelompok separatis yang didukung Rusia itu yang justru menyerang mereka tanpa menawarkan perlawanan.

“Terlepas dari fakta bahwa posisi kami ditembaki dengan senjata terlarang, termasuk artileri 122mm, pasukan Ukraina tidak melepaskan tembakan sebagai tanggapan,” kata pemerintahan Ukraina dikutip News UK, Kamis (17/2/2022).

Diketahui, sejauh ini Rusia telah mengumpulkan lebih dari 100 ribu tentara di dekat perbatasan Ukraina. Bahkan, berdasarkan klaim AS, Moskow telah meningkatkan jumlah pasukan sebanyak 7.000 dalam 24 jam terakhir.

Menyoal saling klaim itu, menurut perwakilan Republik Rakyat Luhansk, angkatan bersenjata Ukraina secara kasar melanggar aturan gencatan senjata dengan menggunakan senjata berat. Hal itu, kata mereka, secara gamblang melanggar perjanjian Minsk.

Klaim itu, ketika Rusia pada awal pekan ini, kata mereka, telah menarik beberapa pasukan dan alutsista dari perbatasan dengan Ukraina.

Baca juga : Rusia Perluas Pengaruh di Ukraina dengan Paspor

Jika awalnya Rusia tidak melakukan tindakan tersebut, para pemimpin Barat sempat mengancam untuk memberikan sanksi tegas pada Rusia. Utamanya, jika terjadi invasi di tengah berlanjutnya pembicaraan diplomatik.

Sebelumnya, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, mengatakan, krisis Rusia-Ukraina tidak akan selesai jika tidak dibantu semua pihak. Menurutnya, dengan adanya terlalu banyak informasi palsu atau hoax, malah akan memperlebar jarak kedua negara yang bertetangga itu.

“Menyebarkan informasi palsu tidak akan membantu menyelesaikan situasi antara Rusia dan Ukraina,” kata Wang Wenbin dikutip dari CGTN, Kamis (17/2/2022).

Wang menambahkan, China akan terus mendukung penyelesaian baik dari dua negara tersebut. Utamanya, untuk membuat arah yang sejalan dan semangat perjanjian Minsk.

Baca juga : Rusia Perluas Pengaruh di Ukraina dengan Paspor

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement