Kamis 17 Feb 2022 23:54 WIB

Sebut Iran tak Bangun Senjata Nuklir, Khamenei: Pernyataan Barat Omong Kosong

Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei sebut negaranya tak bangun senjata nuklir

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Nashih Nashrullah
Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei sebut negaranya tak bangun senjata nuklir
Foto: EPA-EFE/IRANIAN LEADERS OFFICE
Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei sebut negaranya tak bangun senjata nuklir

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN— Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei mengklaim negaranya tidak membangun senjata nuklir dan program nuklirnya hanya untuk tujuan damai. 

Pernyataan ini dijelaskan di tengah pembicaraan antara Teheran dan kekuatan dunia yang bertujuan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015. 

Baca Juga

“Kami tidak mengejar senjata nuklir. Kami mengupayakan penggunaan energi nuklir secara damai,” kata Khamenei dalam pidato yang disiarkan langsung di TV pemerintah dilansir dari Al Arabiya, Kamis (17/2/2022). 

"Pernyataan dari Barat tentang seberapa dekat Iran dengan membangun senjata nuklir adalah omong kosong dan tidak berarti. Mereka [Barat] tahu bahwa kami tidak mencari [senjata nuklir],” tambah Khamenei. 

“Upaya diplomatik oleh saudara-saudara revolusioner kami untuk menghapus sanksi adalah baik,” kata Khamenei lagi.  

Perkataan Khamenei ini juga merujuk pada pembicaraan yang sedang berlangsung antara Iran dan kekuatan dunia yang bertujuan memulihkan kesepakatan nuklir 2015.  

Pembicaraan antara penandatangan yang tersisa untuk kesepakatan Iran, Rusia, China, Prancis, Jerman, dan Inggris, saat ini sedang berlangsung di Wina. 

Amerika Serikat berpartisipasi secara tidak langsung dalam pembicaraan karena penolakan Iran untuk bernegosiasi langsung dengan Washington.

Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Yves Le Drian, mengatakan pada hari Rabu bahwa keputusan untuk menyelamatkan kesepakatan itu hanya beberapa hari lagi.  

Kemudian pada hari yang sama, kepala negosiator nuklir Iran Ali Bagheri-Kani mengatakan di Twitter bahwa “Kita lebih dekat dari sebelumnya untuk mencapai kesepakatan” tetapi menambahkan bahwa “tidak ada yang disepakati sampai semuanya disepakati.”

Pejabat Barat selama berbulan-bulan memperingatkan bahwa hanya ada beberapa pekan tersisa untuk menyelamatkan kesepakatan.  Perhatian utama mereka adalah bahwa perjanjian itu akan segera menjadi usang karena kemajuan nuklir Iran. 

Pembicaraan Wina, yang dimulai pada April 2021, bertujuan untuk membawa Iran kembali mematuhi kesepakatan dan memfasilitasi kembalinya Amerika Serikat ke kesepakatan.  Kesepakatan itu menawarkan keringanan sanksi Iran dengan imbalan pembatasan program nuklirnya. 

Washington menarik diri dari kesepakatan pada 2018 di bawah Presiden Donald Trump saat itu, menerapkan kembali sanksi besar-besaran terhadap Teheran.

Iran mulai melanggar pembatasan kesepakatan setelah penarikan AS dari kesepakatan. 

Teheran sejak itu mulai memperkaya uranium hingga kemurnian 60 persen, sebuah langkah besar mendekati 90 persen yang dibutuhkan untuk bahan tingkat senjata.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement