REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Manfaat peningkatan transformasi perpustakaan perguruan tinggi sangat besar. Hal itu menjadi salah satu upaya transformasi digital di lingkungan pendidikan.
Direktur Riset, Teknologi, dan Pengabdian pada Masyarakat, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Teuku Faisal Fathani, menyatakan peningkatan transformasi perpustakaan perguruan tinggi dengan berbagai aspek di dalamnya sangat besar manfaatnya untuk membuka wawasan dan memahami tantangan apa saja yang tengah dihadapi bangsa Indonesia.
Faisal menyebutkan beberapa yang menjadi tantangan bangsa Indonesia saat ini, yakni soal demokratisasi, kesenjangan, hingga ketergantungan import. Dia juga menyebutkan, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia masih di bawah rata-rata global, yaitu berada di peringkat 107 dari 189 negara dan indeks daya berada di peringkat 40 dari 140 negara.
“Ada satu harapan bagi perguruan tinggi di mana perguruan tinggi menjadi mata air bagi pembangunan bangsa," kata kata Faisal dikutip dari laman Perpustakaan Nasional RI, Kamis (17/2/2022).
Faisal mengungkapkan, transformasi perpustakaan di perguruan tinggi di Indonesia menjadi salah satu upaya transformasi digital di lingkungan pendidikan. Itu dilakukan sebagai bagian dari lima prioritas riset dan pengabdian masyarakat di lingkungan pendidikan tinggi.
Menurut dia, dalam menyiapkan sumber daya manusia yang unggul beberapa tahun terakhir ini terdapat tantangan lainnya, yakni menyiapkan keterampilan dan kompetensi baru yang lebih adaptif hingga pada literasi digital.
“Kita bisa melihat digital literasi itu adalah salah satu tujuan yang mau kita capai kalau kita ingin membentuk sumber daya manusia yang berdaya saing," jelas dia.
"Saya selalu menekankan, pendidikan itu kompleks dan salah satu yang juga menjadi penopang utama adalah literasi dari transformasi perpustakaan di perguruan tinggi,” tambah Faisal.
Di sisi lain, Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando, mengatakan, alumni perguruan tinggi harus bisa mendampingi masyarakat yang belum sejahtera untuk dapat keluar dari problematika yang dihadapi.
Menurut Syarif, institusi pendidikan dan seluruh peserta didiknya perlu didorong untuk menghasilkan buku-buku ilmu terapan, tidak hanya terbatas pada menulis skripsi maupun tesis saja sebagai bentuk kepedulian kepada masyarakat.
“Sepertinya kita ditantang untuk persiapkan jutaan buku ilmu terapan yang kita akan sebarkan ke masyarakat desa dan kita dampingi mereka agar mereka bisa mengelola potensi sumber daya alam," jelas dia.
Terkait dengan peran perpustakaan perguruan tinggi dalam meningkatkan kesejahteraan, Syarif menjelaskan, setiap alumni perguruan tinggi paling lama enam bulan sudah harus menciptakan lapangan kerja atau terserap di lapangan kerja. Dia mengatakan, parameter daripada perguruan tinggi adalah menciptakan SDM yang punya kompetensi bertaraf dunia.
"Karena itu alumni perguruan tinggi harus memiliki kemampuan bertaraf Internasional dan juga harus menjadi sosok yang bisa menciptakan lapangan kerja sesuai dengan keahliannya,” jelas Syarif.