Jumat 18 Feb 2022 11:14 WIB

Mengapa Rasulullah Transit di Masjidil Aqsha Saat Isra Mi'raj?

Terdapat perbedaan ulama apakah Rasulullah Isra Miraj jasad atau ruh saja

Rep: Andrian Saputra/ Red: A.Syalaby Ichsan
Warga Palestina menunaikan Shalat JUmat di Masjidil Al Aqsa, pada minggu ke-3 bulan Ramadhan 1438H
Foto: Ammar Awad/Reuters
Warga Palestina menunaikan Shalat JUmat di Masjidil Al Aqsa, pada minggu ke-3 bulan Ramadhan 1438H

REPUBLIKA.CO.ID, Umat Islam di berbagai belahan dunia memperingati peristiwa Isra Miraj Nabi Muhammad pada 27 Rajab 1443 Hijriah yang bertepatan pada 28 Februari  2022. Namun demikian masih banyak yang tidak mengetahui tentang apa yang terjadi dalam peristiwa itu. 

Pakar ilmu Alquran yang juga pengasuh pesantren Dar Al Quran Arjawinangun Cirebon, KH Ahsin Sakho Muhammad menjelaskan Isra Miraj terjadi pada diri Nabi Muhammad setahun sebelum peristiwa hijrahnya Rasulullah. Isra yaitu Rasulullah diperjalankan Allah pada suatu malam dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsha di Yerusalem dengan menunggang buraq yang merupakan tunggangannya para nabi. Tujuannya untuk diperlihatkan sebagian dari tanda-tanda kebesaran Allah. Keterangan ini sebagaimana tertulis pada ayat 1 surat Al Isra. 

Memang terdapat perbedaan pendapat para ulama apakah Rasulullah Isra dan Miraj itu jasad dan ruh atau ruh saja. Namun KH Ahsin mengatakan jumhur ulama berpendapat bahwa Rasulullah di Isra dan di Mirajkan oleh Allah baik jasad dan ruhnya.   "Kalau yang memperjalankan itu Allah tidak ada sesuatu yang mustahil. Bagi kita mungkin jauh banget, tapi hal-hal yang berkaitan gaib itu tidak bisa diukur oleh logika akal manusia. Seperti yang dilakukan Allah kepada kaum Ad, Tsamud, Firaun, itu kalau sudah fi'lul rabb, yang melakukan Allah, sudah tidak bisa diukur dengan logika akal manusia, tapi harus melalui iman," kata Kiai Ahsin kepada Republika beberapa waktu lalu.

Lebih lanjut, Kiai Ahsin menjelaskan ketika Rasulullah sampai di Masjidil Aqsha, Rasulullah bertemu dengan para nabi dan rasul terdahulu. Pertemuan ini terjadi secara ruhani. Nabi pun melaksanakan shalat bersama para nabi dan rasul terdahulu. Menurut Kiai Ahsin, bertemunya Rasulullah dengan para nabi dan rasul sebelumnya memiliki makna bahwa Islam adalah agama tauhid yang dibawa oleh para nabi dan rasul terdahulu. Selain itu, Rasulullah yang memimpin shalat para nabi dan rasul terdahulu di Masjid Al Aqsa menunjukan bahwa Rasulullah adalah pemimpin para nabi dan rasul.  

"Bertemu (dengan para nabi dan rasul terdahulu) maksudnya, (seolah nabi berkata) saya akan memberi tahukan kepada anda utusan-utusan Allah, saya mendapat panggilan dari Allah, saya dapat undangan khusus dari Allah. Jadi ada makna wahdatul adiyan artinya agama Islam itu agama tauhid, agama yang dibawa para nabi terdahulu dan ini membuktikan bahwa nabi Muhammad adalah sayidul ambiya wal mursalin," kata dia.

Lantas, mengapa al Aqsha menjadi tempat di muka bumi yang dipilih sebagai tempat transit Rasulullah sebelum ke Sidratul Muntaha? Kiai Ahsin menjelaskan sebab Al Aqsha sendiri merupakan masjid yang sangat mulia dan diberkahi. Sebagian ulama berpendapat Al Aqsa dibangun Nabi Adam setelah membangun Masjidil Haram dengan jarak pembangunan sekitar 40 tahun. Selain itu karena al Aqsha menjadi tempat diturunkannya para nabi-nabi terdahulu seperti Ibrahim, Ishak, Yakub dan Musa.    

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement