Kabupaten Semarang Terus Pantau Potensi Gejolak Harga Kedelai
Rep: Bowo Pribadi/ Red: Muhammad Fakhruddin
Kabupaten Semarang Terus Pantau Potensi Gejolak Harga Kedelai (ilustrasi). | Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
REPUBLIKA.CO.ID,UNGARAN -- Dinas Koperasi Usaha Mikro Perindustrian dan Perdagangan (Diskumperindag) Kabupaten Semarang terus memantau potensi gejolak akibat kenaikan harga komoditas kedelai di pasaran.
Kendati harga komoditas kedelai di pasaran --disebut-- kian membebani para produsen tahu dan tempe, Diskumperindag Kabupaten Semarang memastikan di daerahnya relatif masih tenang.
"Kami (Diskumperindag) belum mendapat laporan maupun keluhan dari perajin tahu dan tempe terkait persoalan harga kedelai," ungkap Kabid Perdagangan, Diskumperindag Kabupaten Semarang, Widada Mutiara, Jumat (18/2).
Ia mengungkapkan, jika muncul gejolak akibat harga komoditas kedelai yang mempengaruhi produktifitas --biasanya-- para perajin tahu dan tempe akan menyampaikan keluhan mereka ke dinas pertanian.
Sementara ini, Diskumperindag belum menerima laporan maupun keluhan para perajin tahu dan tempe di wilayah Kabupaten Semarang, menyusul tingginya harga komoditas kedelai di pasaran.
Namun begitu --guna menyikapi persoalan ini-- Diskumperindag Kabupaten Semarang telah mengagendakan monitoring langsung ke lapangan guna menyerap informasi sejauh mana dampak harga kedelai di masyarakat.
Khususnya terhadap para pelaku usaha/ produsen tahu dan tempe yang ada di daerahnya. "Pekan depan kita akan keliling guna memantau situasi di lapangan," tandas Widada Mutiara melalui sambungan telepon.
Lebih lanjut, ia juga menyampaikan untuk memenuhi kebutuhan kedelai, masih mengandalkan kebijakan impor. Sehingga 86,4 persen kebutuhan kedelai di dalam negeri berasal dari impor.
Hingga tahun 2021 yang lalu --berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS)-- angka impor kedelai Indonesia mencapai sebesar 2,48 juta ton dengan nilai 1 miliar Dollar AS.
Sehingga ada risiko yang harus dihadapi oleh negara pengimpor kedelai seperti Indonesia yang pada akhirnya akan membuat negara ini terus bergantung dengan situasi maupun kondisi negara pengekspor.
"Di satu sisi harga kedelai lokal mencapai Rp 11,833 per kilogram Sementara harga kedelai impor yang masuk ke Indonesia berada di harga Rp 13,333 per kilogram," tambah Widada Mutiara.