Jumat 18 Feb 2022 14:11 WIB

PLN Buka Peluang Gunakan Beragam Teknologi Dikonversi PLTD

PLN tengah melakukan proses pengadaan atau lelang program konversi PLTD

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
PT PLN (persero) menargetkan sistem kelistrikan Sumatra dan Bangka bakal terhubung kabel listrik bawah laut pada Desember 2021. Dengan terhubungnya dua sistem kelistrikan tersebut akan menghemat biaya operasi mencapai Rp 1,4 triliun serta menghentikan pengoperasian sebanyak 5 Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) sebesar 65 megawatt (MW).
Foto: PLN
PT PLN (persero) menargetkan sistem kelistrikan Sumatra dan Bangka bakal terhubung kabel listrik bawah laut pada Desember 2021. Dengan terhubungnya dua sistem kelistrikan tersebut akan menghemat biaya operasi mencapai Rp 1,4 triliun serta menghentikan pengoperasian sebanyak 5 Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) sebesar 65 megawatt (MW).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guna menyukseskan program konversi Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) ke pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT), PT PLN (Persero) memberi keleluasaan bagi pengembang yang mengikuti lelang konversi PLTD ke PLTS dan baterai untuk menggunakan beragam teknologi.

Direktur Mega Proyek dan Energi Baru Terbarukan PLN, Wiluyo Kusdwiharto mengatakan, saat ini PLN tengah melakukan proses pengadaan atau lelang program konversi PLTD di sejumlah wilayah. Pada proses tersebut PLN mendorong kompetisi dan inovasi dalam proses pengadaan pembangkit energi baru terbarukan (EBT), sehingga infrastruktur yang dimiliki berkualitas baik.

Baca Juga

"PLN tidak akan membatasi teknologi yang digunakan, silahkan berkompetisi dengan baik," kata Wiluyo, Kamis (17/2).

Menurut Wiluyo, dengan dibukanya kesempatan penggunaan teknologi pada PLTS dan baterai akan memberikan ruang bagi pengembang untuk membawa teknologi-teknologi baru, sehingga tidak terbatas pada teknologi battery VLRA ataupun lithium, tetapi juga teknologi baru seperti vanadium redox flow battery yang berkembang menjadi salah satu alternatif bagi baterai skala besar.

PLN pun berkomitmen memenuhi ketentuan TKDN dalam pengembangan EBT khususnya pada konversi PLTD ke PLTS tersebut, dengan memberikan kesempatan barang jasa dalam negeri digunakan pada proyek tersebut sehingga industri nasional tidak hanya menjadi penonton.

Pada kesempatan yang sama, Wiluyo meminta Kadin untuk dapat menjembatani komunikasi dengan Kementerian Perindustrian sehingga ada fleksibilitas tingkat komponen dalam negeri (TKDN), khususnya dalam konteks program konversi PLTD ke EBT ini.

“Ketentuan TKDN yang ada saat ini tidak perlu dihilangkan, kita dukung industri nasional, tetapi PLN berharap Kadin dapat menjembatani diskusi dengan Kementrian Perindustrian sehingga ada fleksibilitas TKDN terutama dalam konteks program dedieselisasi ini,” ujar Wiluyo.

PLN akan melakukan konversi 499 Megawatt (MW) PLTD menjadi pembangkit yang ramah lingkungan melalui mekanisme hybrid dengan PLTD eksisting. Program konversi PLTD ke EBT ini dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama, PLN akan mengkonversi sampai dengan 250 MW PLTD yang tersebar di beberapa titik di Indonesia. PLTS tersebut menjadi baseload, sehingga ada tambahan baterai agar pembangkit bisa nyala 24 jam.

Baca juga: Ingat, Ini Sederet Influencer yang Dipanggil SWI, Diduga Fasilitasi Binary Option

Dengan konversi ke PLTS dan baterai, maka kapasitas terpasang di tahap pertama ini bisa mencapai sekitar 350 Mega Watt Peak (MWp). Sehingga bisa mendongkrak bauran energi terbarukan dan penambahan kapasitas terpasang pembangkit secara nasional.

Dalam tahap dua, PLN akan mengkonversi PLTD sisanya sekitar 249 MW dengan pembangkit EBT lainnya, sesuai dengan sumber daya alam yang menjadi unggulan di daerah tersebut dan keekonomian yang terbaik.

"Adanya program konversi ini diharapkan dapat menurunkan pemakaian BBM, menurunkan emisi CO2 serta meningkatkan bauran energi baru terbarukan di PLN," ujar Wiluyo.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement