Jumat 18 Feb 2022 17:40 WIB

BI Paparkan Tiga Strategi Pengembangan Keuangan Berkelanjutan

Keuangan berkelanjutan merupakan satu dari enam agenda prioritas dalam G20

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Gita Amanda
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo bersiap memimpin pertemuan hari kedua pada Pertemuan Tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 atau Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) G20 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Jumat (18/2/2022). Pertemuan Tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral yang merupakan rangkaian Presidensi G20 Indonesia dalam jalur keuangan tersebut membawa enam agenda prioritas, yakni exit strategy untuk mendukung pemulihan yang adil, pembahasan scarring effect untuk mengamankan pertumbuhan masa depan, sistem pembayaran di era digital, keuangan berkelanjutan, inklusi keuangan, dan perpajakan internasional.
Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo bersiap memimpin pertemuan hari kedua pada Pertemuan Tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 atau Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) G20 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Jumat (18/2/2022). Pertemuan Tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral yang merupakan rangkaian Presidensi G20 Indonesia dalam jalur keuangan tersebut membawa enam agenda prioritas, yakni exit strategy untuk mendukung pemulihan yang adil, pembahasan scarring effect untuk mengamankan pertumbuhan masa depan, sistem pembayaran di era digital, keuangan berkelanjutan, inklusi keuangan, dan perpajakan internasional.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia menyorot isu pengembangan keuangan berkelanjutan, sebagai salah satu dari enam agenda prioritas di jalur keuangan Presidensi G20 Indonesia 2022. Dalam sesi Leader's Insight, Gubernur BI, Perry Warjiyo menyatakan Sustainable Finance Working Group G20 telah saling bekerja sama dengan fokus pengembangan Sustainable Finance Instrument (SFI).

"Termasuk mengatasi berbagai tantangan penerapannya, untuk mendukung ekonomi hijau dan berkelanjutan," katanya dalam seminar Scaling up the Utilization of Sustainable Financial Instruments, Jumat (18/2/2022).

Baca Juga

Perry mengatakan kolaborasi bersama antara Pemerintah dan otoritas dipandang penting untuk terus ditingkatkan untuk membangun ekosistem guna menjaga kontinuitas SFI di pasar dalam jangka panjang. Setidaknya ada tiga strategi yang perlu digarisbawahi dalam pengembangan keuangan berkelanjutan.

Pertama, perlunya peningkatan dan pengembangan instrumen dan investasi hijau. Hal tersebut sekaligus sebagai upaya mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif.

Investasi dalam instrumen keuangan hijau yang ditujukan untuk energi ramah lingkungan, transportasi hijau, bangunan hijau, dan lain-lain dapat menciptakan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja baru. Ini akan membantu transisi menuju ekonomi dan keuangan yang lebih berkelanjutan.

Kedua, penting juga untuk membangun ekosistem instrumen keuangan yang berkelanjutan. Pihak berwenang harus memberikan langkah-langkah pendukung, baik insentif maupun kebijakan disinsentif.

Serta bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan untuk membangun ketahanan infrastrukturnya. Seperti layanan verifikasi, taksonomi hijau, sertifikat hijau bagi penerbit, hingga jasa pemeringkatan hijau.

"Bank Indonesia saat ini bergerak menuju green central bank, dimana instrumen dan ekonomi hijau merupakan bagian dari bauran kebijakan BI," katanya.

Perbankan dan korporasi sebagai pemain besar di sektor keuangan juga harus bersinergi untuk mencapai target emisi karbon yang lebih rendah untuk memitigasi risiko perubahan iklim. Ketersediaan instrumen pasar uang hijau, pembiayaan inklusif untuk UKM, dan ekonomi keuangan Islam yang berkelanjutan adalah bagian penting upaya Bank Indonesia untuk mendukung pengembangan ekosistem hijau di Indonesia, bersama dengan otoritas terkait.

Ketiga, program peningkatan kapasitas dan bantuan teknis yang berkelanjutan adalah hal fundamental untuk meningkatkan tingkat pemahaman dan keahlian global otoritas domestik, industri, dan pelaku pasar. Hal ini penting untuk mempercepat pengembangan instrumen ekonomi dan keuangan yang berkelanjutan.

Oleh karena itu, Bank Indonesia percaya bahwa upaya kolektif pemerintah, otoritas, serta pelaku pasar, akan menjadi motor penggerak percepatan penghijauan nasional dan berkelanjutan perkembangan. "Inilah yang saya sebut The Power of We karena kesuksesan pekerjaan kita akan ditentukan oleh kekuatan semangat tim, kebersamaan, dan dukungan satu sama lain secara positif," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement