Jumat 18 Feb 2022 18:57 WIB

Rusia akan Gelar Latihan Nuklir Besar-Besaran

Rusia mengumumkan latihan nuklir besar-besaran

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Citra satelit yang disediakan perusahaan teknologi Maxar Technologies menunjukkan kendaraan lapis baja dan artileri berbaris di Yelnya, Rusia, 300 kilometer dari perbatasan Ukraina.
Foto: Satellite image ©2022 Maxar Technologies via
Citra satelit yang disediakan perusahaan teknologi Maxar Technologies menunjukkan kendaraan lapis baja dan artileri berbaris di Yelnya, Rusia, 300 kilometer dari perbatasan Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia mengumumkan latihan nuklir besar-besaran pada Jumat (18/2/2022) di tengah meningkatnya ketegangan Timur-Barat. Latihan dilakukan ketika Amerika Serikat (AS) mengeluarkan beberapa peringatan paling keras tentang kemungkinan invasi Rusia ke Ukraina.

Sebelumnya Presiden AS Joe Biden memperingatkan bahwa, Washington tidak melihat tanda-tanda klaim Rusia yang telah menarik pasukan dari perbatasan Ukraina. Namun menurut Biden, Rusia justru menambah kekuatan pasukan militer di perbatasan Ukraina.

“Setiap indikasi yang kami miliki adalah mereka siap untuk pergi ke Ukraina, menyerang Ukraina,” kata Biden kepada wartawan di Gedung Putih.

Biden mengatakan, AS memiliki alasan untuk percaya bahwa Rusia terlibat dalam operasi palsu sebagai alasan agar dapat masuk ke Ukraina. Namun Biden  tidak memberikan perincian terkait hal tersebut.

Dengan ketegangan yang sudah mencapai tingkat tertinggi sejak Perang Dingin, militer Rusia mengumumkan bahwa, Presiden Vladimir Putin akan memantau latihan pasukan nuklir besar-besaran pada Sabtu (19/2). Latihan ini  akan melibatkan beberapa latihan peluncuran rudal.

Pada Jumat pagi, otoritas separatis di wilayah Luhansk dan Donetsk melaporkan lebih banyak penembakan oleh pasukan Ukraina di sepanjang garis kontak. Pejabat Ukraina menuduh pemberontak mengintensifkan penembakan, dengan harapan memprovokasi serangan balasan oleh pasukan pemerintah.

"Kami tidak merencanakan operasi ofensif atau penembakan terhadap warga sipil, tindakan kami murni defensif," ujar Kepala Militer Ukraina, Valerii Zaluzhnyi.

Ada kekhawatiran bahwa, kekerasan dapat memicu konflik yang lebih luas, dan kekuatan Barat bergegas untuk mencegah atau bersiap untuk invasi.

Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken mengungkapkan beberapa kesimpulan intelijen AS terkait rencana invasi Rusia ke Ukraina. Blinken mengatakan kepada diplomat di Dewan Keamanan PBB bahwa, invasi akan dibuka dengan serangan siber, bersama dengan serangan rudal dan bom di seluruh Ukraina. Blinken menggambarkan masuknya pasukan Rusia dan kemajuan mereka di Kyiv, dan target utama lainnya.

Terlepas dari peringatan keras AS, para pejabat Ukraina berusaha untuk memproyeksikan ketenangan. Kepala Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina Oleksii Danilov, mengatakan, tidak ada tanda-tanda invasi besar-besaran Rusia akan segera terjadi.

Pejabat pemerintah Ukraina berbagi informasi dengan intelijen sekutu yang mengatakan, Rusia mungkin mencoba untuk melakukan baku tembak daerah di  Luhansk yang dikendalikan oleh separatis yang didukung Moskow pada Jumat pagi. Ini sebagai bagian dari upaya menciptakan alasan palsu untuk mengambil tindakan militer.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement