REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam hadits Ibnu Abbas, Rasulullah SAW mengisahkan perjalanan Isra Miraj-nya. Nabi SAW di antaranya memberitahukan ihwal neraka yang dihuni sebagian besar oleh para perempuan.
Rasulullah SAW bersabda, "Aku melihat neraka. Aku belum pernah sama sekali melihat pemandangan seperti hari itu. Aku lihat ternyata mayoritas penghuninya adalah para perempuan." Mereka bertanya, "Mengapa para perempuan menjadi mayoritas penghuni neraka, ya Rasulullah?"
Beliau menjawab, "Disebabkan kekufuran mereka." Ada yang bertanya kepada beliau, "Apakah para wanita itu kufur kepada Allah?" Beliau menjawab, "(Tidak, melainkan) mereka kufur kepada suami dan mengkufuri kebaikan (suami). Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang istri kalian pada suatu waktu, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan di hatinya) niscaya ia akan berkata, 'Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu'." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari hadits tersebut, setidaknya dapat diambil tiga pelajaran. Pertama yaitu mengenai pentingnya berterima kasih baik itu kepada suami sendiri dan juga kepada orang lain. Setiap Muslim semestinya menghindari sikap yang menampik atau tidak mengakui kebaikan orang lain.
Kedua, hadits tersebut juga mengajarkan kepada para istri untuk senantiasa berbuat baik kepada suami, apapun yang dia berikan atau hasilkan. Istri harus menghindari sikap kufur baik itu terhadap nikmat yang Allah berikan, apa yang diberikan suami, maupun terhadap segala ciptaan Allah SWT.
Ketiga, hendaknya seorang istri berterima kasih kepada suami atas perbuatan baik yang dilakukan dan diupayakannya. Ingatkan suami terkait suatu kebaikan yang dilewatkannya dan telah dijanjikan sebelumnya kepada sang istri secara khusus maupun keluarga. Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang tidak bersyukur kepada manusia maka dia tidak bersyukur kepada Allah SWT."
Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW juga bersabda, "Orang yang menerima pemberian, jika ia mampu hendaklah membalas pemberian itu. Jika tidak mampu hendaklah ia memuji pemberinya. Sebab memuji berarti ia sudah bersyukur (berterima kasih), sedangkan orang yang diam (tidak menyatakan terima kasih), berarti ia mengingkari pemberian itu, dan orang yang berbicara manis mengenai sesuatu yang tidak diberikan kepadanya, ia sama dengan orang yang memakai dua baju kebohongan." (HR Turmudzi).
Sumber: http://www.saaid.net/female/r136.htm