Jumat 18 Feb 2022 20:33 WIB

Epidemiolog Prediksi Penurunan Kasus Covid-19 di Jabar tak Secepat Seperti di Jakarta

Epidemiolog memprediksi episentrum Covid-19 akan bergeser juga ke Banten.

Rep: Febryan. A/ Red: Andri Saubani
Petugas Public Safety Center (PSC) 119 mengevakuasi pasien Covid-19 bergejala ringan di Jalan Dago Pojok, Coblong, Kota Bandung, Jumat (18/2/2022). Berdasarkan data Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jawa Barat (PIKOBAR), hingga (17/2/2022), kasus terkonfirmasi total sebanyak 887.131 kasus dengan rincian 147.882 kasus aktif, 724.372 orang sembuh dan 14.877 jiwa meninggal dunia. Foto: Republika/Abdan Syakura
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Petugas Public Safety Center (PSC) 119 mengevakuasi pasien Covid-19 bergejala ringan di Jalan Dago Pojok, Coblong, Kota Bandung, Jumat (18/2/2022). Berdasarkan data Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jawa Barat (PIKOBAR), hingga (17/2/2022), kasus terkonfirmasi total sebanyak 887.131 kasus dengan rincian 147.882 kasus aktif, 724.372 orang sembuh dan 14.877 jiwa meninggal dunia. Foto: Republika/Abdan Syakura

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko Wahyono menyebut, kenaikan kasus Covid-19 di Jawa Barat (Jabar) akan terus melaju cepat dalam beberapa pekan ke depan lantaran banyaknya jumlah penduduk di Tanah Sunda. Ia pun memprediksi penurunan kasus di Jabar tak akan terjadi dalam waktu cepat sebagaimana Jakarta. 

Miko menjelaskan, kenaikan kasus di Jabar terjadi karena letaknya bersebelahan dengan Jakarta yang merupakan episentrum wabah virus Corona varian Omicron. Hal serupa dia yakini bakal terjadi pada Provinsi Banten. 

Baca Juga

Tetapi, kedua provinsi itu tak akan mengalami penurunan kasus secepat Jakarta. Pemerintah diketahui menyebut lonjakan kasus di Ibu Kota mencapai puncaknya pada Senin (14/2/2022), yang berarti kenaikan kasus hanya berlangsung selama dua pekan. 

"Untuk Jawa Barat dan Banten kemungkinan akan lebih lama turunnya karena populasinya lebih banyak dibandingkan Jakarta," kata Miko kepada Republika, Jumat (18/2/2022). 

Di sisi lain, Miko juga menyoroti lemahnya pelacakan (tracing) kasus di Jawa Barat maupun di provinsi lainnya di Pulau Jawa kecuali Jakarta. Jika Jakarta pelacakan kasus bisa 1:10, provinsi lainnya hanya 1:6. Artinya, dari satu kasus Covid-19, hanya enam orang yang diperiksa. 

"Padahal tracing ini dibutuhkan untuk mendeteksi orang-orang yang terinfeksi," ujarnya. Ia pun mendorong pemerintah untuk fokus meningkatkan pelacakan kasus di provinsi-provinsi di Jawa selain Jakarta. 

Untuk menekan lonjakan kasus di Jawa Barat dan provinsi lainnya di Jawa, dia juga meminta pemerintah serius menerapkan pembatasan mobilitas. "Menurut saya, pemerintah ini ragu-ragu melakukan pengetatan pembatasan sosial," ujarnya. Ia mencontohkan keraguan itu dengan kebijakan karantina jadi tiga hari saja. 

Dalam dua hari terakhir, penyumbang kasus harian terbanyak secara nasional bukan lagi DKI Jakarta, tapi Jabar. Hari ini, Jumat, misalnya, Jabar menyumbang kasus 13.780 kasus. Penyumbang kedua terbanyak adalah DKI Jakarta dengan 8.189 kasus, lalu disusul Jawa Timur dengan 8.037 kasus, dan Jawa Tengah 5.905 kasus. 

 

 

Pada Rabu (16/2/2022), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan, saat ini episentrum Covid-19 bergeser ke Jabar. Ia juga mengingatkan, dalam dua hingga tiga minggu ke depan, episentrum Covid-19 dapat bergeser hingga daerah di luar Jawa.

“Beberapa daerah sudah dikenakan level PPKM, terutama sekarang di episentrumnya di Jakarta, kemudian bergeser ke Jawa Barat. Dan tentu dalam 2-3 minggu ke depan bisa ke luar Jawa,” kata Airlangga saat konferensi pers seusai sidang kabinet paripurna di Kantor Presiden, Rabu (16/2/2022).

Airlangga pun meminta masyarakat agar terus meningkatkan kewaspadaannya dan menjaga agar penularan kasus tak terus mengalami peningkatan. Yang membedakan dari lonjakan varian Omicron dengan gelombangDelta, yakni angka keterisian tempat tidur atau BOR rumah sakit untuk pasien Covid-19 yang saat ini masih di angka 33,41 persen

“Jadi, ini membedakan dengan kasus Delta yang lalu,” kata dia.

Wakil Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum pada hari ini kembali mengingatkan kepada masyarakat Jabar untuk tetap mematuhi protokol kesehatan (prokes) dan melakukan vaksinasi lengkap beserta booster. Menurutnya, hal ini adalah bentuk pencegahan dari gelombang tiga pandemi Covid-19 yang disebabkan oleh varian Omicron.

Namun, Uu juga meminta kepada masyarakat untuk tenang dan tak perlu khawatir dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini. Karena Uu yakin bahwa Pemerintah Provinsi Jabar telah menyiapkan segala hal secara maksimal untuk mencegah gelombang tiga terjadi di Jabar.

“Tidak ada yang dikhawatirkan, dan harapan untuk masyarakat dan kami juga, masyarakat tetap tenang tidak usah panik. Tapi ketenangan ini protokol kesehatan, pola hidup bersih dan sehat (PHBS), juga vaksin harus tetap dilaksanakan,” ujar Uu saat melakukan peninjauan salah satu Rumah Sakit di Jawa Barat yaitu Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Majalengka yang menangani pasien-pasien Covid-19 pada Jumat (18/02/2022).

Meski mengalami peningkatan kasus Covid-19 di Jawa Barat, kata Uu, peningkatan ini tidak merata di semua daerah Jabar, tetapi hanya di daerah-daerah tertentu seperti Bogor, Depok, Bekasi dan Bandung Raya.

“Sudah kita ketahui, daerah dan kabupaten yang memang meningkat adalah Bodebek dan Bandung Raya. Bodebek sampai 86 persen sisanya Bandung Raya. Tetapi ada juga daerah-daerah yang memang ada tambahan para penderita Covid tapi tidak seperti Bandung Raya dan Bodebek,” papar Uu.

 

photo
Obat Covid-19 yang Ternyata tak Bermanfaat dan berbahaya bagi kesehatan - (Republika)

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement