Jumat 18 Feb 2022 21:19 WIB

Bahaya Maksiat Menurut Ibnu Qayyim

Melakukan maksiat berdampak buruk pada manusia.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Bahaya Maksiat Menurut Ibnul Qayyim. Foto:   Setop Maksiat
Foto: IlS
Bahaya Maksiat Menurut Ibnul Qayyim. Foto: Setop Maksiat

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah menegaskan bahwa tidak sama antara orang berbuat jahat/maksiat dengan orang-orang yang menjaga dirinya dari perbuatan tersebut.  Dalam surah Al-Jatsiyah ayat  21 yang artinya:

"Apakah orang-orang yang berbuat kejahatan/maksiat itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang beriman dan mengerjakan amal saleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu." 

Baca Juga

Bashran Yusuf, Lc., MA dalam bukunya "Haji dan Bahaya Maksiat" mengutip pendapatnya Ibnul Qayyim tentang dampak negatif dan bahaya maksiat tersebut, di antaranya: 

Pertama, terhalang dari ilmu, karena ilmu adalah cahaya dan maksiat bisa memadamkannya. Kedua terhalang dari rezeki. Kalaupun ada orang yang bergelimang kemaksiatan namun Allah masih memberinya kekayaan, maka itu bukanlah kenikmatan baginya."Akan tetapi istidraj atau penguluran azab dari Allah," katanya.

Dalam surah Ali Imran ayat 196-197 Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah memberikan peringatan kepada umat yang beriman agar tidak kagum terhadap orang-orang kafir pelaku maksiat menguasai keadaan dunia. 

 “Jangan sekali-kali engkau tertipu oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahanam, dan Jahanam itu tempat yang paling buruk.” 

Ketiga Pelaku maksiat akan merasa ketidaknyamanan dan kegelapan dalam hati. 

Para salaf mengatakan, “Ketika aku bermaksiat kepada Allah, maka aku melihat dampaknya pada tungganganku dan istriku.”

Keempat, dosa akan melahirkan dosa yang lain.  Para salaf berkata, “Di antara hukuman dosa adalah dosa sesudahnya, dan di antara pahala kebaikan adalah kebaikan sesudahnya.” 

Lima, melemahkan keinginan untuk bertaubat dan berbuat kebaikan. 

Semakin banyak orang bermaksiat semakin lemah dirinya di hadapan ketaatan, hatinya pun menjadi keras dan dihinggapi kehinaan. Allah dalam 

Al-Muthaffifin ayat 14 berfirman yang artinya: 

“Sekali-kali tidak, namun apa yang mereka lakukan [dari dosa] telah menutupi hati mereka.”

Keenam, kesempitan hidup di dunia dan di akhirat. Allah dalam surah Thaha ayat 124 berfirman yang artinya: 

"Dan barang siapa berpaling dari mengingatKu, maka baginya penghidupan yang sempit dan akan Kami kumpulkan dia di hari kiamat dalam keadaan buta."

 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement