Jumat 18 Feb 2022 21:37 WIB

Indonesia Dikhawatirkan Alami Efek 'Ping Pong' Covid-19

Efek 'Ping Pong' Covid-19 bisa membuat pergeseran kasus tertinggi Covid-19.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Nora Azizah
Efek 'Ping Pong' Covid-19 bisa membuat pergeseran kasus tertinggi Covid-19.
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Efek 'Ping Pong' Covid-19 bisa membuat pergeseran kasus tertinggi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia dikhawatirkan bisa mengalami efek 'ping pong' Covid-19. Artinya pergeseran kasus tertinggi Covid-19 yang kini ada di Jabodetabek ke wilayah lain di Indonesia seperti Jawa Barat (Jabar) atau wilayah lainnya.

"Dari aglomerasi di Jabodetabek kemudian bergeser ke Jabar, kemudian Jabar bisa bergeser ke Jawa Timur bahkan kalau nanti Jawa selesai kemudian di Kalimantan maupun Sumatra. Tentu ini harus diantisipasi, jangan sampai terjadi efek bola ping pong," kata Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Brigjen TNI (Purnawirawan) Alexander K Ginting saat mengisi konferensi virtual bertema Strategi Hadapi Gelombang Ketiga Pandemi, Jumat (18/2/2022).

Baca Juga

Artinya, dia melanjutkan, ketika satu wilayah berperang menghadapi virus ini, kemudian setelah selesai mengatasi Covid-19 di Jawa kemudian muncul banyak kasus Covid-19 di pulau lainnya. Ia menambahkan, kalau fenomena ini terus terjadi maka Indonesia tak kunjung selesai dengan Covid-19. Oleh karena itu, dia melanjutkan, perlu disampaikan ke masyarakat mengenai komunikasi risiko atau komunikasi pelayanan mengenai masalah ini.

"Apapun varian Covid-19, semua berbahaya. Semua memberi risiko," ujarnya.

Ia menambahkan, meskipun nantinya anak-anak terinfeksi Covid-19 kemudian sembuh masih ada risiko yaitu napas jadi lebih pendek, kemudian terjadi gangguan respirasin, dan gangguan membuat pertumbuhan yang tidak seperti teman seusianya. Kemudian jangan menganggap ringan jika Covid-19 terjadi pada lanjut usia (lansia),  meski varian omicron.

"Kami berharap tetap disampaikan bahwa Covid-19 apapun variannya memberikan risiko, terutama pada kelompok lansia dan memiliki penyakit penyerta (komorbid). Ini yang perlu disampaikan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement